Balada Admin Klinik

Dwiend
Chapter #26

Ziarah

Kami bertiga, aku, mbak Ega dan dr. Syantik mulai menjalin pertemanan yang begitu serasi. Tidak hanya kisah cinta dr. Syantik, kisah cinta mbak Ega pun mulai terkuak. Mbak Ega dengan sifatnya yang ceria dan manja ternyata memiliki kasus percintaan yang sangat pelik.

Saat aku menjemur baju, aku menemukan mbak Ega sedang menghubungi seseorang di dekat sumur. Aku berpura-pura tak tahu apa-apa dan terus menjemur baju. Saat mbak Ega menutup pembicaraan ia sadar kalau ada aku di dekatnya. Aku melihat matanya yang memerah menahan tangis.

"Mbak Win?!" serunya dengan penuh kesedihan.

"Mbak Ega ada apa? Siapa yang menelpon?" tanyaku bersimpati. Aku meletakkan baju yang akan aku jemur di bak cuci dan mendekati mbak Ega.

"Masakan aku harus putus Mbak?" ujarnya kini air matanya mulai jatuh.

Tentu saja aku tak bisa menjawabnya. Aku tak tahu apa yang terjadi dengan mbak Ega.

"Apa itu tadi pacar mbak Ega?" tanyaku memastikan.

Mbak Ega mengangguk seraya mengusap air matanya. Ia berusaha tampak tegar.

"Ya itu tadi pacarku," ujarnya denga nada berat.

Mulanya aku mengira mbak Ega jomblo sepertiku. Hampir 2 minggu mbak Ega bekerja di klinik dan tak ada seorang pun yang datang bertamu di malam minggu atau sabtu untuk menemui mbak Ega. Dari perbincangan kami pun tak pernah menyinggung soal pacar atau tentang pria mana pun.

Aku tak bisa berkomentar apa pun. Aku hanya mampu memandang mbak Ega penuh keprihatinann. Aku tak pernah pacaran jadi aku tak tahu apa yang diperbuat pacar mbak Ega hingga membuat gadis ceria sepertinya sampai meneteskan air mata.

"Kenapa mbak Ega tak pernah mengajaknya main ke sini?" tanyaku akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Dia sangat sibuk. Kami LDRan," ujarnya muram.

"Pacar mbak Ega di luar kota?" tanyaku lagi.

Wajah mbak Ega bertambah suram. Meskipun kini tak ada air mata tapi kesedihan terlihat jelas di wajahnya.

"Dia di sini. Di Surabaya. Hanya saja dia sedang ada proyek di perbatasan Surabaya Gresik. Dia Arsitek," terangnya tanpa semangat.

"Wow. Arsitek. Keren!" Aku berseru tanpa sadar.

Mbak Ega tersenyum sarkas. "Semua bilang dia memang keren. Arsitek gitu lho. Pastilah pintar dan juga gajinya lumayan. Dan Mbak Win tahu gimana wajahnya?"

Lihat selengkapnya