Balada Admin Klinik

Dwiend
Chapter #30

Bersikeras

Untuk beberapa waktu aku fokus dengan segala perubahan yang terjadi pada klinik dan aku tak lagi terlalu sering berkomunikasi dengan mbak Ega dan juga dr. Syantik. Perubahan yang paling besar memang adalah masalah adiministrasi. Untuk dokter dan perawat mereka hanya fokus pada pekerjaan sesuai profesi mereka.

Tak disangka ada kabar gembira dari mereka berdua. Mbak Ega mendapat kabar kalau ia diterima di sebuah rumah sakit favorit incarannya, sementara dr., Syantik akhirnya setelah perjuangan tak kenal lelah, bisa mendapatkan restu dari orang tuanya. Aku ikut senang mendengar kabar itu, meskipun aku harus bersiap kehilangam perawat lagi.

"Tenang mbak Win, aku masih di sini seminggu lagi. Aku secara resmi kerja mulai minggu depan," hibur mbak Ega melihat wajahku yang tak bisa menyembunyikan kesedihan. Sebenarnya tanpa perawat aku sudah terbiasa bekerja sendiri. Hanya saja dengan semua perubahan ini dan juga tekanan dari pak Anas dan juga kemunculan pak Romi membuatku menjadi lebih kesepian.

"Mungkin aku akan ikut pindah saja," kataku sambil lalu.

"Bertahan dulu Mbak. Selama belum dapat kerjaan lain," tukas mbak Ega.

Aku hanya terseyum kecut.

Dr. Syantik menepuk pundakku.

"Pasti ada jalan Mbak. Aku juga akan sering menginap di sini Mbak. Seminggu 2 kali mungkin, sambil mempesiapkanm acara pernikahanku. Besok aku akan dilamar oleh mas Sony. Sungguh serasa tak percaya. Memang nggak ada acara besar. Cuma antar 2 keluarga saja," ujar dr. Syantik tampak terharu.

"Duh yang lagi berbahagia. Makasih lho Dok masih mau menginap. Nanti kalau udah nikah mana akan bisa menginap," ujarku sambil mengerling.

"Bulan madu dong," goda mbak Ega.

"Bulan madu apa Mbak. Maunya sih, tapi lihat kondisinya mas Sony juga. Dia sudah mengerahkan semua kemampuannya untuk bisa membelikanku beberapa barang sebagai syarat lamaran. Yang penting segera sah. Aku sudah cukup bersyukur. Nanti setelah menikah, ada saudara mas Sony yang mau rumahnya yang kebetulan kosong untuk ditempati,"

"Namanya niat baik Dok pasti ada aja rezekinya," seruku begitu kagum dengan cinta dr. Syantik.

"Tidak sepertiku. Masih saja nggantung," tiba-tiba mbak Ega nyeletuk. Lama tak tahu kabar soal masalah percintaannya, aku dan dr. Syantik spontan menatap mbak Ega ingin tahu.

"Aku sudah tak peduli dengannya. Cukup sudah perjuanganku. Lebih baik fokus saja dengan pekerjaan dan memperbayak pergaulan. Banyak pria yang bisa aku jadikan teman dan sahabat," kata mbak Ega yang rupanya sudah menyerah denga kisahnya.

Mbak Ega memang tak pernah bercerita apa pun tentang pacarnya tapi belakangan ini aku sering melihat dia asyik mengoibrol dengan beberapa teman pria. Terkadang juga sahabat karibnya yang bernama Widi.

Lihat selengkapnya