Balada Admin Klinik

Dwiend
Chapter #34

Resepsi

Dr. Syantik memberiku undangan pernikahannya dan memberiku kejutan dengan memberikanku salah satu tas kesayangannya.

"Mbak segera sembuh ya, supaya bisa hadir di pernikahanku," ujarnya penh harap.

"Tentu saja aku akan datang. Aku boleh kan mengajak mbak Ega juga mbak Nissa," kataku dengan melihat desain undangan yang begitu bagus

"Mbak Win harus ajak mereka. Maaf, undangannya tak kuberikan satu-persatu. Aku mencetaknya terbatas. Untuk tasnya moga Mbak Win menyyukianya. Untuk selanjutnya setelah pernikahan nanti aku sudah nggak bisa lagi menginap di klinik," Dr. Syantik memnerikan sebuah tas selempang kesukaannya yang sering ia pakai.

"Terima kasih Dok. Selama ini Dokter udah mau temani aku, mempercayaiku dan mendukungku. Mulai hari ini Dokter Syantik harus bisa bahagia dengan cinta yang Dokter percayai,"

"Aku begitu bahagia Mbak Win. Aku tak menyangka setelah berdoa di makam Sunan Ampel semua sepertinya terbuka. Jalan terasa ringan. Orang tuaku bisa membuka hati mereka, bahkan kini membiayai pesta pernikahanku," ujar dr. Syantik dengan mata berbinar-binar. Aku tersenyum melihat wajah yang bersinar itu.

"Mbak Win moga saja bisa jodoh sama Yoga," ujar dr. Syantik ikut juga mendoakanku. Aku tak tahu harus mengamini atau tidak.

3 hari aku harus berbaring di atas tempat tidur. Makan juga harus makan yang lunak dan tak berasa. Kini aku sudah mulai bangun dan makan normal. Kondisiku perlahan mulai membaik. Aku kembali mengurus pekerjaan yang aku tinggalkan beberapa hari.

Untuk melayani pasien masih dibantu mbak Nissa. Namun untuk laporan keuangan aku harus mengerjakan sendiri. Selama 3 hari aku tak mengerjakannya. Dengan tubuh masih sedikit sempoyongan aku memaksakan diri untuk mulai bekerja. Laporan keuangan sejak di pimpin pak Anas akan diambil seminggu sekali.

Butuh hampir setengah hari aku menyelesaikan laporan yang aku tonggalkan selama 3 hari. Mungkin karena aku baru saja sakit, aku langsung merasa begitu lelah. Aku langsung tertidur dengan alat tulis masih belum aku bereskan.

Aku terbangun saat mbak Nissa menbangunkanku.

"Mbak ada telpon dari Pak Anas," kata mbak Nissa. Aku langsung bergegas berjalan menuju pesawat telpon.

"Ya Pak ada apa?" kataku dengan jiwa masih belum genap.

"Mbak Winarsih kenapa tidak mengirmkan laporan keuangan? Yang masuk di sini tak genap 7 hari," tanya pak Anas dengan nada tegas seperti biasa.

Lihat selengkapnya