PESAN KISAHKU

Fitri Nurhasna Fauziah
Chapter #2

Ketika masa kecil, bermain tidak kenal apa itu weekend ataupun weekday

Saat usiaku 2 tahun, aku pindah rumah dengan keluargaku yaitu kesuatu daerah yang memang aman, tentram, dan damai. Dan kondisi disana masih sangatlah asri, masih ada sawah-sawah, masih ada sungai yang jernih, dan masih ada kolam-kolam ikan pula. Tepatnya lokasi tempat tinggalku saat itu adalah di sebuah kota dan pas di perbatasan kota Bandung dan kota Cimahi dan ketika aku hendak pergi kepasar sama mamah pasti melewati pedesaan yaitu sawah-sawah yg tadi. 

Papahku bilang aku anak hebat dan pintar karena pada saat usiaku kurang dari dua tahun saat aku mau buang air kecil atau besar aku selalu bilang ke mamah atau papah sehingga aku sudah tidak harus pake pampers lagi. Dari kakak-kakakku yang lain aku yang paling cepat lepas dari pampers, memang sih kata orang tua dulu anak perempuan itu lebih cepat dari pada anak laki-laki.

Aku suka bermain di sungai, berteduh di saung dipinggir sawah sambil melihat pemandangan, dan memancing ikan di kolam ikan atau dalam bahasa sunda biasa disebut balong. Disitulah sebenarnya hidupku dimulai dengan mencari jati diriku sendiri atau seperti belajar hobi dari hobinya papah dan mamah. Hobinya mamah papah itu sangatlah bermanfaat karena ketika bermain disungai aku itu dilatih agar tidak takut oleh air dan dapat melawan arus yang ada disungai supaya kita bisa mengendalikan diri di dalam air, ketika berteduh dipinggir sawah orang tuaku mengajarkan agar kalo hari sedang terik hendaklah kamu berteduh karena disaat matahari tepat ada di atas kepala kita jika kita tetap beraktivitas kita akan merasa cepat cape dan leleh sehingga ketika kita akan masuk rumah itu semuanya gelap, fungsi dari berteduh sambil melihat sawah itu bagus untuk mata, karena mata kita dilatih buat melihat tumbuhan yang hijau-hijau sehingga sangat berkuranglah resiko mata rabun jauh ataupun rabun dekat.

Ketika aku pindah suasa disana orangnya itu pada welcome-welcome saja, dan ketika aku kesana lumayan banyak juga yang seumuran denganku sehingga kalau kita main kan mungkin tidak akan canggung. Tapi disitu aku masih belum bisa berteman dengan semuanya karena aku masih malu juga sih untuk bermain dengan mereka, hingga akhirnya ada yang nyamper ke aku dan akhirnya kita bermain. mereka itu adalah teman pertamaku yaitu dila dan neng. Kita selalu bermain tanpa kenal waktu.

Dila itu temanku yang tinggal di depan rumahku jadi rumahku dan rumahnya bersebrangan. Dia itu adalah seorang perempuan yang lahir dari seorang atlit dan seorang pedagang. Dia itu adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Dua-duanya saudara dia adalah seorang perempuan, kakanya bernama rizka atau lebih akrab dipanggil teh ica jikalau adiknya dila bernama dinda tapi lebih akrab dipanggil nda. Umur aku sama dila itu hanya beda beberapa bulan saja kita lahir ditahun yang sama tapi masih terbilang lebih tua aku. Sedangkan umur aku sama adiknya dila itu beda 2 tahun. Jadi sebenarnya aku juga bisa main dengan adik dila tapi dia masih terlalu kecil jadi aku takut untuk bermain dengannya.

Neng itu adalah panggilan untuk anak perempuan dalam Bahasa sunda. Sebenernya nama dia itu salsabila cuman lebih akrab dipanggil neng sih, karena keluarganya pun memanggil dia dengan sebutan neng. Dia lahir beda 1 tahun denganku bahkan masih lebih muda dia dibanding aku, tapi sebenernya kita itu cuman beda setengah taun sih cuman karena dia lahir di tahun berikutnya setelah aku jadi orang-orang itu mikirnya kita beda setahun. Dia itu lahir dari seorang pasangan yang berprofesi sebagai guru dan pegawai wirawasta. Dia itu adalah anak keterakhir atau ketiga sama sepertiku, bahkan dia sama memiliki kakak 2 dan dua-duanya itu laki-laki. Nah disini kita itu merasakan banyak kesamaan dan yang namanya anak-anak pasti kalau udah nemu kesamaan itu ga akan ada rasa canggung sama sekali kan.

Lihat selengkapnya