PESAN KISAHKU

Fitri Nurhasna Fauziah
Chapter #5

Dibalik surat-surat yang ada di atas dan di kolong meja

Awalnya aku bingung kenapa ada surat-surat tak beramplop di atas meja atau di kolong meja tepat dimana tempatku duduk. Pada saat aku SD aku sempet marah ke mamahku karena aku tidak masuk ke SD yang teman-teman dirumahku masuk kesana, dan lokasi mereka sekolah itu lebih deket sama rumah sedangkan aku menempuh waktu 30 menit. Aku bersekolah di salah satu SD Negeri di kota Bandung. Nah itu adalah salah satu sekolah yang lokasinya dekat dengan rumah nenek dan kakek ku. Ada saudaraku yang bersekolah disitu juga hanya beda 2 angkatan dia lebih tua dariku.

Ketika sedang belajar sering sekali kakek ku mencari aku di jendela dari kelas ke kelas hingga akhirnya kakek ku muncul di jendela kelasku, lalu aku langsung minta izin keluar kelas sebentar kepada guruku untuk menemui kakekku. Ternyata beliau memberikan sedikit uangnya untuk jajanku, disitu aku sangat senang ya namanya juga anak kecil lah dikasih uang sedikit pasti senangnya minta ampun.

Setiap hari senin, selalu saja aku tidak upacara karena aku selalu berangkat bareng papah yang mengajar di salah satu sekolah yang bertempatan di Lembang, makanya tidak upacara juga kan telat, tapi anehnya lagi aku gapernah dikasih hukuman oleh guru-guruku karena aku ga pernah upacara, mungkin karena aku juga masih kelas 1 SD. Selain diantar papah, aku juga kadang suka diantar sama kakaku atau sama Aa. Kalau dulu pulang nya mamahku menitipkan aku ke Gani yang memang rumahnya lumayan dekat denganku. Setiap pulang aku gapernah pulang sama temen-temen perempuan tapi aku suka pulang sama gengnya si Gani itu. Jujur aku merasa nyaman saat pulang bersamanya dan teman-temannya karena aku merasa dilindungi dan diperlakukan layaknya seorang ratu lagi, sama ketika waktu kecil aku bermain bersama teman-teman di rumah. Setiap dia kemana-mana aku harus ikut karena dia takut kalau membiarkan aku sendiri tetapi saat kita naik ke kelas selanjutnya dia pindah sekolah dan akhirnya aku pulang sendiri. Padahal kemarin-kemarin dia bilang “aku janji ga akan pernah tinggalin kamu, aku bakal ada buat kamu terus ko, jadi tetep pulang sama aku ya jangan sama yang lain”. Aku percaya saja sama omongan dia tapi ko malah aku yang ditinggalin dia, so sad.

Pas aku buka isi surat itu ternyata itu berisi tentang perasaan seseorang dong, jujur aku kaget dan disitu juga aku mikir “lah kenapa ya ini orang tumben kaya gitu dan untuk siapa juga ya surat ini”. Ternyata memang benar itu untuk ku, dan ternyata itu surat adalah hasil tulis tangan orang lain yang mencomblangkan aku dengan seorang laki-laki di kelasku ketika aku duduk di bangku kelas 3 SD yaitu sodaranya dia seorang laki-laki itu. Lama kelamaan tulisanya jadi beda pas aku baca dan aku lihat ternyata benar itu tulisan si laki-laki itu, awalnya aku bingung sih tapi disisi lain aku juga seneng ya. Dia itu adalah anak keturunan dari Padang yang merantau ke Bandung. Dari situ kita mulai deket dan sering main bersama ya tapi ga berdua kita main sama temen-temen yang lainnya juga. Dia ngajak jalanin hubungan aku sama dia itu serius padahal disitu kita masih kecil tapi eh bodohnya aku, aku malah nerima dia, dan dia langsung seneng kegirangan gitu. Bener juga sih kata orang-orang kenapa aku menerima itu karena memang aku waktu itu memandang fisik tapi sebenernya aku juga udah lama suka sama dia tapi aku milih diem. Oke throwback lagi ke kelas 1. Awalnya tuh dia sama temen sebangkunya si Fitra tepat duduk di depan bangku ku sama Haifa. Nah kalau mau nulis itu mereka suka minjem alat tulis kepadaku tapi bodohnya aku malah dikasihin padahal itu ga dikembaliin lagi sama mereka ketika beres mengerjakan. Lama-kelamaan mereka malah semakin menjadi dan akhirnya aku gapunya alat tulis satupun langsung pas pulang dari sekolah mamah mengecek isi tas ku termasuk tempat pensilku. Lalu mamah bertanya “nak ini kemana isinya ko pada ga ada”, ya aku jawablah diambil dia sama si Fitra sama temennya, terus mamah bilang ke papah dan kata papah gini “besok mamah ke sekolah kasih tau ke wali kelasnya kalo fitra sama anak itu ngambil alat tulisnya anak kita terus” dan bener dong besok nya mamah kesekolah lalu sepertinya yang papah bilang kemarin ke mamah, mamah kasih tau deh ke guru ku soalnya guru ku ketika mamah ngomong beliau sambil melihat kearahnya dan ke arah si Fitra. Awalnya aku sangat gasuka atau benci sama dia tapi lama-kelamaan dia memperlakukan aku dengan baik dan beda kalau ke perempuan yang lain ya wajar kali ya baper dikit.

Lihat selengkapnya