Tepat tanggal 1 September 2017 yang bertepatan dengan hari raya Idul Adha atau Lebaran Haji. Aku dan teman-temanku Anti, Widi, Halung, dan Cika saat itu kita merencanakan untuk bakar-bakar sate di rumahnya Widi saat itu adzan isya sudah berkumandang tapi kita masih belum solat karena kita tau waktu isya itu panjang. Saat semuanya sudah siap kita tinggal hanya bakar-bakar saja tapi setelah kita coba dengan segala cara apinya pun tidak menyala terus, sampai akhirnya ada salah satu yang bilang dan menyuruh adiknya widi untuk mengambilkan tiner atau spirtus agar cepat menyala. Saat benda tersebut sudah ada salahnya tuh seperti ini, mereka sudah menyalakan api sebelum spirtus tersebut dituangkan. Jadi salah satu temanku menyalakan api padahal spirtusnya belum dituangkan sama adiknya widi yaiyalah apinya ikut menyambar ke botol spirtusnya tersebut pas-pasan posisi aku berada di belakang botol yang dipegang adiknya widi, karena apinya menyambar dia buang kebelakang tepat di kerudungku dan kena muka ku, dan saat itu yang aku lihat hanya banyak api di sekitar mataku, abis itu aku langsung usap-usap memakai kerudungku agar api tersebut mati, tetapi mereka malah membawa air tapi aku melarang mereka mengguyur air tersebut ke muka ku karena kan kalo kena api kaya gitu gaboleh langsung kena air kan malahnya panas juga dan takutnya malah nanti jadi hitam.
Sebenarnya lukanya itu memang sudah termasuk luka yang parah sih, saat itu juga aku minta tolong halung untuk panggilkan orang tua ku, tidak lama dari itu banyak orang yang masuk ke rumah Widi hanya untuk melihatku. Lalu ada salah satu temanku yang tidak terlalu dekat denganku lalu dia berkata “aduh teh, muka teteh rusak banget”, sebenernya aku sakit hati juga sih saat dia bilang begitu tapi pas aku lihat memang rusak tapi menurutku tidak seburuk itu. Saat itu aku dikasih pertolongan pertama dulu memakai putih telur agar lukanya tidak terlalu sakit, tidak lama dari situ aku dibawa ke RSUD Lembang, tapi kata rs tersebut aku harus di rujuk ke rumah sakit besar pilihannya hanya ada 2 ke RS Salamun atau ke RS Advent dan aku lebih memilih di Advent saja karena tempatnya yang strategis juga kan.
Setelah disana aku langsung masuk ke ruang UGD dan langsung di infus disitu aku baru merasakan yang namanya di infus. Lalu luka ku dibersihkan dan aku dikasih oksigen juga karena napasku yang saat itu agak flu juga, lalu mataku ditutup dengan kapas yang sudah dikasih alkohol agar dingin. Orang lain udah gakuat sih melihat aku dibersihkan bekas lukanya mungkin yang mereka fikirkan itu akan sangat menyakitkan padahal menurutku tidak terlalu sakit sih. Abis itu aku dikasih obat sih lalu dipindahkan ke ruangan ku, ruangannya berada di lantai 5. Saat itu kita tidak bisa nonton tv karena saat aku masuk hari jumat malam sabtu sehingga antena nya di cabut oleh pihak rs karena itu adalah waktunya mereka untuk beribadah, yak arena aku masuk rs Kristen dan akupun harus menghargai mereka.
Sebenernya papah bilang ke aku kalau lukaku termasuk luka bakar yang parah ke 2 tapi alhamdulillahnya dokter bilang tidak harus menganjurkan untuk ku operasi jadi aku hanya menjalankan perawatan dengan diberi salep luka bakar saja.
Esoknya adik yang paling kecil dari papahku datang ke rumah sakit menjengukku, ketika bibiku datang aku gakuat pingin nangis soalnya saat dia mlelihatku matanya sudah berkaca-kaca karena tidak menyangka aku bakal seperti ini. Sehingga akupun mulai menutupkan mataku seolah-olah aku sedang tertidur. Aku mendengarkan perkataannya saat melihatku dan mengobrol dengan papah katanya “ya Allah pit, dikirain bukan kamu yang kena spirtus teh ternyata kamu” katanya sambil bernada ingin menangis gitu, karena akupun gakuat pingin nagis kalo melihat bibiku seperti itu makanya aku pura-pura tidur.
Setelah bibiku pulang datanglah mang Ayi dan istrinya yaitu bi Ane. Aku mencoba untuk tidak tidur karena saat itu mang Ayi dan bi Ane cerita bahkan ada yang lebih parah dariku dan meyakinkan aku bahwa aku akan cepat sembuh, ceritanya seperti ini “waktu itu di salah satu SMP Negeri di bandung mengadakan MPLS dan mereka masing-masing membawa balon gas, lalu ada salah satu seorang bapak-bapak menyalakan korek api atau pematik api dan berada di dekat balon gas tersebut, sehingga balon tersebut meledak dan hampir banyak orang korbannya muka mereka gosong dan lalu mereka dilarikan ke rumah sakit, Alhamdulillahnya dengan waktu yang cepat mereka bisa sembuh dan pulih seperti semula lagi, makanya kamu jangan takut kalo mukamu tidak akan kembali lagi seperti semula karena orang lain yang parah dari kamu aja bisa cepet pulih dan sembuhnya apalagi kamu kan ya, makannya harus sabar aja ya ga akan lama ko pengobatannya, percaya”. Lalu aku hanya mengangguk dan tersenyum saja pada mereka, karena mereka sama sekali tidak membuatku takut dan khawatir tapi mereka malah mengsuport untuk kesembuhan aku, jujur aku senang sekali dan tidak takut lagi dari situ aku enjoy saja menghadapi semuanya.
Setiap perawat yang masuk ke ruangan ku mereka selalu mengucapkan “selamat ulang tahun”, iya mereka pintar membaca biografiku, memang beberapa hari lagi aku akan ulang tahun yang ke 17 tahun, tapi qodarullah aku harus merasakan ini dulu. Aku sudah pasrah saja karena aku sepertinya akan berulang tahun di rs. Tapi ahlamdulillah waktu sehari sebelum aku ulang tahun dokter membolehkan ku untuk pulang. Ketika mau pulang ada teman rumahku yang dulu datangt yaitu Dila dan Mput. Mereka mengantarku pulang sampai kebawah dan aku bersyukur banget masih punya teman yang setia padaku. Yang datang dan mengantar pulang bukan hanya Dila sama Mput tetapi keluarganya Ibampun semuanya pada ke rumah sakit menjengukku dan ada juga ibu-ibu yang dulu suka mengaji di rumah lamaku atau para tetanggaku disana.
Ketika aku sudah dibolehkan pulang semua teman-temanku pada datang menjengukku, ada teman teman OSIS juga. Terus mereka membawa donat dan ada tulisannya katanya “Happy Birthday Fitri”. Serius ga nyangka banget dong padahal ulang tahunnya juga besok. Lalu ada temen OSISku yaitu lebih tepatnya kakak kelasku bertanya kepadaku “Fitri gimana solatnya? Lancar-lancar ajakan ya” terus aku jawab “Alhamdulillah teh”. Padahal aku gatau solatku diterima atau tidak soalnya aku berwudhu tayamum dan karena disana rumah sakit kristen jadi aku tidak memakai mukena. Terus kata kakak kelasku yang lain “hayu fit cepet sembuh kita ngedanus lagi, kita ngedugem lagi di ruang OSIS”. Lalu aku hanya bisa tertawa tetapi mulutku tidak terlalu bisa terbuka karena sakit oleh lukanya yang di bibirku. Malu dong saat itu aku tidak pakai kerudung padahal di sekolah aku selalu memakai kerudung jadi malu deh diliat teman-teman OSIS apalagi sama yang laki-lakinya masalahnya auratku jadi terlihat. Sampai ada yang bilang “ih rambutnya keliatan” terus ada yang nyaut “ya gapapa atuh orang lagi sakit maklumi aja”, merasa terbela aku ketika ada yang bicara seperti itu, yang penting aku tidak membuka kerudung dengan unsur kesengajaan.