Pesantren Dan Kutukan

Kamalsyah Indra
Chapter #1

Prolog

Sore, belum terlalu gelap. Warna jingga masih mendominasi di atas langit. Burung-burung masih berkicau di halaman sebuah bangunan megah yang bersusun-susun, membentuk garis horizontal.

Seorang wanita berkerudung biru tua berjalan tergopoh-gopoh menelusuri lorong yang mulai sepi. Dia tampak resah, tatapan matanya selalu berkelit ke satu kamar ke kamar lain, kadang juga menoleh ke belakang. Di sedang memastikan bahwa tidak ada orang yang melihatnya. Lalu dia keluar dari bangunan utama asrama putri. Ketakutan menjalar, dan matanya tetap liar mengawasi ke seluruh halaman yang luas.

Lalu, dia berjalan bergegas setelah memastikan tidak ada orang yang melihat dia mendatangi sebuah rumah besar bercat abu-abu yang berada di area rumah dinas para pengajar. Suasana hening nan mencekam begitu terasa di rumah itu. Lampu-lampu temaran tampak malas menerangi perkarangan.

Tok.

Tok.

Tok.

Pintu diketuk wanita itu, jantungnya masih berdebar kencang. Tubuhnya masih gemetaran setelah melakukan tugas yang diberikan pemilik rumah yang sekarang dia berada.

"Masuk!" teriak seseorang bersuara bariton dari dalam. Wanita itu masuk buru-buru sambil melongok kembali ke luar rumah itu. Lalu menutup pintu. Netranya melihat seorang laki-laki bertubuh tegap, mengenakan jas berwarna hitam dan peci di kepalanya. Tampak rapih di senja kelabu hari ini. Lalu dia buah koper tergeletak di dekat meja kerja laki-laki itu.

"Maaf Pak, saya sedikit terlambat," kata wanita itu sedikit menundukkan kepalanya.

"Gak apa-apa! Oiya ... apakah kamu sudah menjalankan semua perintahku?" tanya laki-laki itu melirik sebentar. Wajahnya tampak samar terlihat oleh kedua netra perempuan itu.

"Sudah Pak, semua orang di tempat ini sudah tertidur setelah saya memberikan obat tidur di makanan mereka tadi," jawab wanita itu tak lagi berani menatap lama-lama. Jari-jarinya sibuk memainkan baju bagian bawah.

"Bagus!" kata laki-laki itu, berbalik badan. Lalu merogoh saku dalam jasnya. Sebuah amplop coklat tebal ia keluarkan. "Ambil ini," lanjutnya melempar amplop coklat tebal itu ke atas meja. "Ini bayaranmu untuk pekerjaan tadi. Besok pagi, aku akan memberikan bayaran tambahan untukmu setelah kau selesaikan pekerjaan yang lainnya!" lanjut laki-laki terlihat samar wajahnya. Sinar lampu luar ruangan tidak mampu memperlihatkan siapa laki-laki itu.

Wanita itu bergegas mengambil amplop coklat itu, "Terima kasih, Pak!" katanya dengan bibir bergetar. Dia belum pernah memegang duit sebanyak yang ada di amplop itu.

"Sekarang keluar lah, dan laksanakan tugasmu setelah aku pergi jauh dari sini!" titah laki-laki itu kembali memandang luar jendela.

Lihat selengkapnya