Pesantren Desa Darungan

fenoadinaya
Chapter #6

JANGGAL

Suara adzan subuh berkumandang dari masjid pesantren, semua santri sedang bersiap untuk melakukan sholat berjama'ah. Namun pagi itu ada yang berbeda, sebuah kelompok santri mengitari seorang ustad setelah sholat berjama'ah, mereka menceritakan apa yang terjadi semalam. Tanya jawab antara ustad dengan beberapa santri terdengar hingga ke telinga ketua yayasan, Kyai Baharudin.

Kyai Baharudin, sebagai ketua yayasan memutuskan untuk me-ruqyah santri yang terkena gangguan makhluk halus tersebut dan melakukan tadarus malam di masjid demi mengusir gangguan-gangguan gaib di pesantren Darungan. Kejadian ini baru pertama kali terjadi selama pesantren didirikan yang membuat kenyamanan para santri terganggu dalam proses belajar, karenanya para ustad dan santri diupayakan dapat bekerja sama untuk melakukan proses ruqyah dan tolak bala.

Siang harinya para santri membuat sejumlah obor yang akan digunakan untuk tolak bala dan akan dilaksanakan pada malam nanti. Hampir semuanya mendapatkan tugas masing-masing, ada yang mencari bambu, sebagian menyiapkan sumbu yang terbuat dari kain dan serbuk-serbuk kayu. Sementara itu, para ustad yang mengajar disana sedang melakukan rapat dengan ketua yayasan perihal kejadian yang menurut mereka sangat aneh bisa terjadi di kawasan pesantren dan menimpa salah seorang santri mereka.

Malam pun tiba, setelah sholat Isya berjama'ah, Panji melakukan proses ruqyah oleh ustad dan santri senior yang ada disana. Para santri putra dan ustad mengitari objek yang akan di-ruqyah tersebut, sedangkan Kyai Baharudin memantau mereka di antara santri yang ada di dalam masjid itu.

Proses ruqyah pun dimulai, semua santri dan beberapa ustad membacakan ayat-ayat suci Al Qur'an yang bertujuan untuk membersihkan diri Panji dari gangguan mahluk halus. Baru selang lima menit proses dilakukan, Panji bereaksi dengan memegangi kepalanya kuat-kuat, matanya melotot mengarah ke atas, sosok dalam tubuhnya mengerang keras sampai otot-otot lehernya terlihat jelas, kemudian ia mulai tak sadarkan diri sejenak.

Mereka serentak melanjutkan membaca ayat-ayat Al-Qur'an hingga puncaknya Panji terangkat ke atas dan melayang di langit-langit masjid.

Semua santri yang ada di dalam masjid terkesiap, sebagian ada yang ketakutan dan saling berpegangan tangan satu sama lain dengan santri lainnya. Di tengah suasana yang menegangkan, mereka tetap melanjutkan bacaannya dengan lantang dan semakin besar hentakan mahluk yang ada di dalam tubuh Panji.

"Diaaaam!" Ucap mahluk tersebut melalui raga Panji yang terus menjerit dan meronta kesakitan. "Berhenti! Kalian nggak usah ikut campur!" Suara Panji berubah menjadi suara sosok yang tak dikenali, ia meraung-raung tak terkendali.

Ustad Yusuf membacakan sebuah do'a ruqyah yang membuat sosok dalam tubuh Panji menatapnya dengan sorot mata penuh amarah, namun ustad Yusuf tetap fokus pada prosesi tersebut dan dibantu oleh Kyai Baharudin yang tak henti-hentinya mengucap do'a-do'a dan dikelilingi para santri. Panji menjerit kesakitan, namun kemudian tubuhnya terhempas ke lantai tak sadarkan diri dan seketika suasana hening.

Kyai Baharudin dan ustad Yusuf maju mendekati Panji untuk melihat kondisinya kemudian berkata, "Alhamdulillah." dan semua orang yang ada di masjid pun mengucapkan kalimat syukur tersebut.

Ustad Yusuf menggoyah-goyahkan pelan tubuh Panji sambil memanggil-manggil namanya, tak lama kemudian Panji sadarkan diri. Ia melihat sekitar dengan wajah pucat dan fisik yang lemas. Panji pun merasakan kesakitan yang teramat di beberapa bagian tubuhnya yang sempat terhempas beberapa menit lalu. Ustad Yusuf meminta beberapa santri membawa Panji kembali ke dalam kamar asrama untuk beristirahat dan menemaninya.

"Alhamdulillah proses ruqyah telah usai, mari kita melanjutkan untuk tolak bala ke sekeliling pesantren dan membawa obor yang sudah disiapkan tadi." Ucap Kyai Baharudin ditengah Ustad dan santri yang ada disana. Mereka langsung bergerak mengambil peralatan yang telah disiapkan tadi, kemudian menuju keluar masjid melaksanakan tolak bala.

"LAA ILAAHA ILLALLAH."

"LAA ILAAHA ILLALLAH."

"LAA ILAAHA ILLALLAH."

Gemuruh suara para santri dan ustad yang mulai berjalan dari masjid, kemudian melanjutkan mengelilingi pesantren ditengah sinar bulan yang hampir penuh menuju tengah malam.

***

Dari balik pepohonan hutan, pak Slamet dengan mata yang tajam dan penuh kewaspadaan memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh para penghuni pesantren itu kemudian ia kembali bersembunyi agar tak terlihat oleh siapapun disana.

Sesampainya rombongan dibelakang asrama, Aldo memperhatikan sebuah pagar kayu yang tampak seperti baru dipasang dengan pintu kayu yang tergembok. Ia memperhatikan celah-celah dari pagar tersebut dari kejauhan, namun tetap tak terlihat apa yang ada di dalamnya. Aldo pun memberi tahu kejanggalan tersebut pada Rivo yang berada tepat di belakangnya, sembari berbisik-bisik ditengah keramaian para santri serta ustad yang sedang berjalan.

Tiba-tiba saja pak Slamet muncul dari arah yang berlawanan dengan mereka, para santri pun terkejut akan kedatangannya, ia menyalami beberapa ustad yang ada di dalam rombongan. Rombongan terpaksa berhenti sejenak, pak Slamet memberi tahu ustad Yusuf agar tidak terlalu dekat dengan hutan karena ia sempat melihat jejak binatang buas pada saat membersihkan semak-semak belukar siang hari tadi.

Aldo melihat dari barisan belakang, ustad Yusuf mengangguk-angguk dengan wajah prihatin, kemudian ia menyampaikan hal tersebut pada Kyai Baharudin. Agar semuanya aman, akhirnya Kyai Baharudin memutuskan memberitahu para santri untuk melanjutkan perjalanan mereka langsung kembali ke masjid, yaitu dimana titik awal mereka memulai.

Semua orang melantunkan do'a dan rasa syukur karena telah melakukan serangkaian kegiatan untuk mengembalikan keamanan pesantren mereka. Para santri diarahkan untuk kembali ke asrama dan para ustad diperbolehkan pulang ke rumahnya masing-masing oleh Kyai Baharudin demi kesehatan dan proses kegiatan mengajar keesokan harinya tetap berjalan dengan lancar.

Lihat selengkapnya