Baru beberapa langkah berjalan di lorong asrama putra, mereka bertiga mendengar suara teriakan yang lebih kencang dari sebelumnya disertai dentuman langkah kaki berhamburan memenuhi lorong asrama putri. Aldo dan dua temannya menghentikan langkahnya, memperhatikan suara-suara tersebut. Kepanikan bermunculan di seisi gedung para santri putri yang berlarian menuju kamar penjaga asrama untuk meminta bantuan, namun kamar itu kosong dan tak ada seorang pun disana.
Terlihat dua santri putri keluar asrama mencari ustadzah yang tinggal di dalam pesantren untuk memberi tahu kejadian kesurupan yang membuat mereka resah, sedangkan santri lainnya yang ada di dalam asrama riuh membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an sembari memegangi santri yang kesurupan dan mulai tak terkendali.
Aldo dan dua temannya yang mendengar suara itu memiliki inisiatif yang sama, mereka menghampiri dua santri yang sedang berlari menuju rumah singgah ustadzah dan mencegatnya.
"Assalamualaikum. Kalau boleh tahu, ada apa di dalam asrama putri? Kenapa kalian berlarian tengah malam begini?"Tanya Aldo dengan nafas terengah.
Melihat kehadiran Aldo dan dua temannya yang tiba-tiba mendahului mereka membuat dua santri putri itu terkejut dan sontak berteriak sambil menutup muka. "Aaaaa!! Astaghfirullah hal adzim. Bikin kaget aja." Salah satu santri putri itu mengelus dadanya dengan kernyitan dahi terkejut, "di dalam asrama ada teman kami yang kesurupan lagi." Jawab santri tersebut dengan sedikit gelagapan.
"Trus kalian mau kemana?" Tanya Rivo yang juga ikut kebingungan.
"Kami mau ke tempat ustadzah, soalnya ibu asrama kami lagi pulang kampung. Kalian bisa bantu kami untuk memanggil ustad Yusuf?" Salah satu santri itu bertanya pada Rivo.
"Bisa."
"Terima kasih." Dua santri itu mengangguk sopan kemudian melanjutkan berlari menuju rumah ustadzah mereka.
Aldo, Alvin dan Rivo segera menuju rumah ustad Yusuf untuk menyampaikan amanah tersebut. Di perjalanan menuju rumah ustad Yusuf angin berembus kencang yang membuat bulu kuduk tiga laki-laki itu berdiri, mereka mendapati tubuhnya menggigil kedinginan dan malam terasa lebih sunyi dari biasanya bahkan rasanya rumah ustad Yusuf terasa lebih jauh dari biasanya.
Di lain situasi, suasana asrama semakin mencekam, santri yang kesurupan pun sulit untuk dikendalikan bahkan meski beberapa orang yang mencoba memegangi tubuhnya. Dari sebuah jendela kamar santri di lantai dua terlihat kejadian mengerikan, seorang santri dengan rambut keriting yang menjuntai panjang dan mata memerah melotot sedang meraung-raung sambil menggaruk-garuk kaca jendela dengan kuku-kukunya. Di belakangnya, tiga santri putri berusaha menenangkan dengan memegangi lebih kuat namun mereka malah terlempar oleh kekuatan makhluk gaib yang ada di dalam tubuh santri kesurupan itu.
Aldo beserta dua temannya mempercepat langkah, suasana sekitar yang terasa lebih merinding membuat mereka ingin segera sampai di rumah ustad Yusuf.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di tujuan. "Assalamualaikum... Assalamualaikum.. ustad Yusuf." Mereka bertiga kompak mengetuk pintu rumah kediaman ustad Yusuf yang sudah gelap dan sunyi.
Beberapa detik menunggu, belum ada jawaban. Rivo kembali mengetuk pintu sambil mengucap salam dengan bibir bergetar. Ia merasakan sesuatu aneh sedang mengepung dirinya sampai akhirnya muncul suara dari dalam rumah, "waalaikumsalam."
Ustad Yusuf membukakan pintu, ia mengenakan pakaian kaos putih polos yang sedikit pudar warnanya dengan sarung hitam khasnya, nampak seperti orang yang terbangun dari tidur.
"Ada apa Aldo, Alvin, Rivo tengah malam kalian kesini?" Ustad Yusuf mengucek-ucek matanya, berusaha melek.
"Maaf ustad, kami kemari ingin menyampaikan kalau di asrama putri sedang kacau." Ucap Aldo yang tergesa-gesa.
"Kacau kenapa?" Tanya ustad Yusuf dengan wajah keheranan.
"Ada beberapa santri putri yang kesurupan, ustad. Kami mohon bantuannya untuk menyadarkan para santri itu." Jawab Alvin dengan keringat yang bercucuran di dahinya.
"Astaghfirullah... ayo kita kesana!" Jawab ustad Yusuf dengan wajah yang seketika menjadi lebih segar dan kantuk yang terlihat tadi hilang.