Jasad pak Slamet tergeletak di tengah masjid dengan kondisi mengenaskan, keris yang tak bisa terlepas dari dadanya akan di beri sebuah kain oleh beberapa ustad dan di bantu santri-santri yang akan menyalatkannya.
Saat hendak ingin menutup jasadnya dengan selembar kain, terdengar sebuah suara yang masuk ke dalam masjid, suara itu tak asing lagi bagi mereka semua.
"Assalamualaikum." Seisi masjid menoleh ke arah pintu, sosok tua Kyai Baharudin yang telah pulih dari sakitnya datang dengan jubah putih untuk melihat kondisi pak Slamet yang telah tak bernyawa.
"Waalaikumsalam, Kyai." Ucap semua orang yang ada di dalam masjid sembari menganggukkan kepala.
Kyai Baharudin tersenyum tipis pada semua ustad dan santri disana namun senyum itu seketika pudar saat melihat jasad pak Slamet yang mengenaskan. Ia menelan ludah tanpa sepatah kata pun, kemudian mendekati jasadnya dan mengucapkan sebuah ayat-ayat yang hanya dimengerti olehnya sambil memegang keris yang tertancap di dadanya, setelah ia selesai mengucapkan ayat-ayat itu, ia meniup keris lalu menariknya perlahan dan keris itu berhasil lepas dari dada pak Slamet.
Orang-orang yang berada di dalam masjid menyaksikan kejadian tersebut terperangah namun berakhir lega melihat benda keramat itu berhasil terlepas dari tubuh pak Slamet.
"Ini adalah keris pusaka condong campur, keris ini banyak disalahgunakan beberapa orang untuk pemujaan dan perbuatan jahat lainnya. Saya tak menyangka, Slamet memiliki keris ini dengan niat buruk pada santri serta ustad disini." Kyai Baharudin memberitahu sambil menggeleng kepala tak percaya bahwa orang yang selama ini dipercaya ingin menyelakai para santrinya.
Setelah itu, beberapa orang yang ada disana langsung memandikan jasad pak Slamet. Aldo, Alvin dan Rivo mndapatkan ilmu sekaligus pengalaman baru dalam hidup mereka. Bagaima tata cara memandikan dan mengkafani mayat. Di saat bersamaan, Alvin yang tengah menyiram jasad pak Slamet seketika teringat ajal yang tak pernah akan diketahuinya kapan menjemput dirinya yang banyak salah dan dosa. Dimana suatu saat nanti akan tiba saatnya ia berada di tempat yang sama layaknya pak Slamet yang kini dimandikan jenazahnya.
Ditengah proses pemandian jenazah, Alvin mengeluarkan air mata dan Aldo yang berada di sampingnya sontak merasa bingung sekaligus terkejut. "Lu kenapa nangis?" Tanyanya heran sambil berbisik.