Pesantren Gaib

Ariny Nurul haq
Chapter #8

Chapter V

Begitu selesai salat malam, salat subuh dan halaqah, aku kembali ke kamar untuk mengecek Cetta sudah bangun atau belum. Ketika aku buka kamar, Cetta sudah duduk di kursi meja belajar.

“Eh, Anak Mama udah bangun.”

“Mama baru dari mana?”

“Tadi selesai salat dan ngaji, Sayang. Cetta mandi yuk. Terus sarapan sama Mama.”

Aku memboyong Cetta ke kamar mandi. Lima menit kemudian, aku mengeringkan badan serta rambut Cetta menggunakan handuk.

“Cetta mau pakai baju kayak Mama?” 

Cetta mengangguk semangat. Ada binar di matanya yang membuatnya terlihat sangat imut. Aku langsung mencium kedua pipinya gemas. “Boleh, Sayang. Yuk, ganti baju dulu, biar kayak Mama.”

Tadi saat berangkat ke sini aku memang tidak memakaikan Cetta baju gamis beserta kerudung. Aku pikir karena toh Cetta masih anak kecil yang belum balig. Jadi hanya baju tertutup tanpa kerudung. 

Setelah selesai menggantikan pakaian Cetta, aku mengajaknya ke tempat makan. 

*** 

Pukul 08.00 aku berkeliling pesantren lagi sama Cetta. Ternyata pesantren ini cukup luas. Ada lapangan yang kata Ustazah Eni tadi biasa digunakan untuk apel pagi. Katanya di sana setiap pagi akan dipanggil para santri dan santriwati yang melakukan pelanggaran. Aku jadi tidak sabar melewati hari ini dan mulai mengikuti kegiatan di pesantren ini. 

Lalu, kami lewat di sebuah ruangan yang banyak anak kecil. Mereka sibuk belajar Iqro.

Keluarlah seorang perempuan berpakaian syari. Jilbabnya menjulur hingga bawah dada. Dari wajahnya terpancar aura menenangkan. Sepertinya perempuan itu berusia lima puluhan. Dia melempar senyum ke arahku dan kubalas dengan senyum seramah mungkin.

“Assalamualaikum, saya Ustazah Minah. Saya pengajar kelas anak. Ibu murid baru ya di sini? Baru lihat soalnya.”

“Iya, Ustazah. Baru datang kemarin siang.”

Perempuan itu berjongkok mendekati Cetta.

“Halo, Cantik. Namamu siapa?”

“Cetta Bhanumati.”

“Duh, yang sangat cantik sesuai dengan wajahmu. Dik Cetta mau ikut belajar kayak teman-teman yang lain?” Ustazah Minah menunjuk anak-anak di kelas.

Cetta menoleh ke arahku. “Boleh, Ma?”

“Boleh dong, Sayang.”

Ustazah Minah kembali masuk ke kelas. Tak lama kemudian, kembali memghampiri kami dengan membawa jilbab kecil.

“Dik Cetta pakai ini dulu ya sebelum belajar biar sama kayak teman-teman yang lain.”

Lihat selengkapnya