Pesantren Gaib

Ariny Nurul haq
Chapter #9

Chapter VI

“Tadaaa … ini pesanan kalian.”

Dinda selesai antri, dia membawa menu pesanan kami semua. 

Kami mengambil pesanan masing-masing dari nampan yang dibawa Dinda. Aku coba mencicipi risol mayo. Hmmm … enak.

“Sumpah, risol mayonya enak. Kayak riso di hotel pas acara seminar.”

Konon chef di pesantren ini adalah mantan santriwati juga. Namun, dia sudah lulus jurusan tata boga.

Tiba-tiba Ustazah Minah menghampiriku dengan napas tersengal-sengal bak dikejar anjing.

“Ustazah kenapa?”

“Anu …” Ustazah mengelus dadanya yang masih ngos-ngosan.

“Coba Ustazah tenang. Duduk dan minum dulu.” Azka bangkit dari tempat duduk. Lalu, memberikan tempat duduknya ke Ustazah Minah.

Ustazah Minah mencoba minum dan duduk.

Setelah Ustazah Minah agak tenang, baru aku tanya lagi. “Ustazah kenapa?”

“Nak Cetta hilang.”

Aku melotot. “Hah? Kok bisa? Kan tadi belajar di kelas sama Ustazah.” Giliranku yang panik.

“Tadi Nak Cetta ingin pipis. Saya antar ke toilet. Ketika saya tunggu di luar, Ustazah Nuri manggil. Dia minta tolong di ruang guru. Begitu saya balik ke toilet, Nak Cetta udah nggak ada. Di kelas pun nggak ada.”

Azka mengelus pundakku. 

“Mbak Ara, jangan panik ya. Kami bantu cari Cetta.”

Kami semua bergegas mencari Cetta. 

“Cetta, kamu di mana?”

Di luar kantin, aku bertemu dengan santriwati entah namanya siapa.

“Maaf, Kak, numpang nanya. Liat anak kecil umur lima tahun dengan ciri-ciri fisik kulit putih, pipi chubby, mata belo dan memakai jilban pink, nggak?” 

Aku tanyakan ke para santriwati yang lain. “Oh, nggak lihat, Kak.”

“Makasih.”

Aku tanya beberapa santriwati lainnya, ternyata tidak ada yang melihat Cetta. Bahkan mungkin nggak tau Cetta.

Aku cari lagi. Bertemu anak perempuan seumuran Cetta. Mungkin anak ini satu kelas dengan Cetta. Aku pun berjongkok untuk bertanya ke anak ini. “Dek, udah kenal Cetta belum?”

“Udah, Tante. Tadi kami main bareng di kelas.”

Secercah harapan muncul. “Lalu, kamu liat Cetta di mana sekarang?”

“Tadi ke toilet. Nah, sampai sekarang nggak melihat lagi, Tante.”

Mentalku down. “Oh, gitu ya. Makasih, Dek.”

Muncul Dinda, Idha dan Azka. 

“Kalian nemuin Cetta, nggak?”

Lihat selengkapnya