Ning Atiyah masih terus mondar mandir di depan ruang ICU. Sesekali ia menyeka air matanya yang terus menyerobot keluar.
“Duduklah, Tiya” suaminya menyuruhnya sudah kesekian kali. Tampaknya tak dihiraukan. Tiba-tiba dokter keluar dari ruang ICU. Semua mata tertuju padanya.
“Bagaimana keadaan Abi, Dok?” Gus Saiful bergegas mendekati dokter ahli saraf yang tampak tersenyum.
“Tenang saja, beliau hanya terlalu capek dan tegang. Keadaanya sudah lumayan baik. Besok sudah boleh pindah kamar.” Semua bernafas lega.
“Boleh kami masuk, Dok?”
“Ya, silahkan. Tapi usahakan jangan berbicara mengenai apapun yang membuat fikirannya terbebani.”
“Terima kasih, Dok.” Sesaat dokter meninggalkan mereka. Gus Hasyim mendekati Ning Atiyah dan meraih tubuhnya yang terlihat lelah kemudian memeluk dan menyandarkan kepala Ning Atiyah di bahunya. “Abi nggak papa, kok. Kamu tenang saja, ya” Gus Hasyim mengelus kepala Tia. Ia menganggu dan membalas pelukan suaminya.
“Mas, kita masuk, yuk” pinta Gus Saiful kepada kakak iparnya, Hasyim.
“Aku ikut, ya” pinta Tia. Gus Hasyim melepaskan tangannya.
“Jangan, kamu di sini saja. Bentar lagi Umi datang, biar nanti sama kamu” Hasyim menuju kamar ganti bersama Gus Saiful. Mereka memakai pakaian putih husus pengunjung pasien ruang ICU. Sesampai di ruangan, Yai Husnuddin menatap mereka dengan tatapan yang sayu
“Di mana Shaffat?” dengan suara lirih Yai Husnuddin menanyakan putranya yang sudah lima bulan pergi meninggalkannya. Gus Hasyim dan Gus Saiful saling memandang. “Tolong kalian cari dia, ya. Bilang padanya,kalau mau pergi itu pamit dulu” Yai Husnuddin terlihat menerawang. Suasana menjadi hening
Keadaan memang sulit ditebak. Perubahan silih berganti. Terlewati sudah masa baginya yang ia anggap sebagai mimpi buruk. Tak bisa dibayangkan bagaiaman jika abah angkatnya mengetahui perasaannya cinta terhadap adik tirinya.
Dua puluh delapan tahun silam, seperti yang selama ini diketahui Gus Shaffat, terhalir yatim dari ibunya yang belia. Ayahnya tewas dibekuk polisi akibat merampok. Sebuah kenangan dan merupakan sejarah bagi kehidupannya yang tidak mungkin dielak apalagi dihapus. Lima tahun setelah kelahiran Gus Gus Shaffat, ibunya menikah lagi dengan seorang kiai mudah, Abdullah Husnuddin ayah keduanya hingga saat ini dan ibunya Ulfah Maqdah melahirkan putriya yang kedua, Ning Atiyah Fatma.
Jalan hidup seseorang memang sudah ditentukan. Gus Shaffat mejadi putra seorang Kiai pengasuh pondok pesantren. Maka bergantilah semua latar kehidupannya. Ia menjadi pemuda yang terdidik dan cukup metang ilmu agamanya. Namun seringkali ia merasa risih ketika santri-santri memanggilnya dengan sebutan ‘Gus’ layaknya putra kiai pada umumnya. Ia merasa sebutan itu tidak pernah pantas bagi dirinya.
Kedekatan Gus Shaffat dengan Ning Atiyah, membuatnya terlena. Kasih sayang yang berlebihan membuat hatinya tidak bisa membedakan antara kasih terhadap adik dan terhadap tambatan hati. Gus Shaffat jatuh cinta pada Ning Atiyah adik tirinya. Mulanya ia tidak merasa aneh dan menjalinya dengan wajar. Seminggu sekali ia mengajak Tiya pergi jalan-jalan dengan mobil pribadinya. Gus Shaffat bahkan rela bolak balik menempuh jarak lebih dari 100km jika Tiya yang meminta. Pasalnya, Gus Shaffat menjadi dosen di luar kota mengharuskan ia berpisah jauh. Kapanpun Tiya memintanya pulang. Saat itu juga ia akan datang.
Namun, takdir memang yang lebih berkuasa. Ning Atiyah dijodohkan dengan Gus Hasyim Assyauqi putra kiai juga. Semenjak itu Gus Shaffat mulai menjauhi Ning Tiya. Meski hatinya kecewa, tapi ia sadar dengan perasaanya yang salah jika menganggap Ning Tiya sebagai kekasih dan akan 100% benar jika dia melakukannya sebagai seorang kakak.
Tidak ada yang mengetahui ihwal perasannya kecuali sahabatnya, Gus Haidar. Sudah berkali-kali Gus Haidar mengingatkan supaya ia menghapus status Tiya di hatinya dan menggantikan nama-nama baru yang lebih pantas dan aman. Tak sedikit pula wanita yang sudah ditawarkan Gus Haidar untuknya, namun tak satupun mampu menggeser kedudukan Tiya.
“Kamu punya santri banyak di pesantren, kan?.” Pagi itu Gus Haidar kembali memeberikan sedikit usulan dan mencoba membantunya mencarikan jalan keluar. Seminggu lagi acara akad nikah Tiya akan dilaksanakan. Tampaknya Gus Shaffat broken heart berat