"PSsssttt Lo tahu nggak? Itu si Andin, udah terbang lagi loh."
"Bukannya dia masih dirawat di rumah sakit ya? Kecelakaan waktu mau nyebrang kan waktu itu?"
"Memang Lo belum denger ya? Sebulan lalu dia sudah pulang ke rumah, trus kemarin dia udah mulai terbang."
"Syukur deh kalo dia udah bisa terbang lagi. Kasihan kalo lama-lama sakit."
"Eh tapi gue dengar gosip nih dari mugara yang terbang bareng dia." Pramugari itu menoleh ke kanan dan kiri, berusaha memastikan tidak ada orang lain yang mendengar mereka.
"Apa? Apa gosipnya?" tanya teman bergosipnya tidak sabar.
"Katanya sekarang dia bisa baca pikiran orang!"
"Hah Siapa yang ngomong begitu?"
"Si Roni."
"Ah si kaleng dipercaya. Semua juga diemberin sama dia. Tapi gosipnya kebanyakan hoax, nggak A 1, iya kan!"
"Iya juga sih. Tapi tadi pagi kan gue ketemu Andin. Kayanya benar sih ada yang beda sama dia. Dia ngeliatin gue nggak berkedip. Waktu gue nanya kenapa dia ngeliatin gue kaya gitu. Lo tahu dia bilang apa!"
Pramugari itu bergidik ngeri, sambil mengusap-usap tangannya secara bergantian. Berusaha menghilangkan rasa merinding di bulu tangannya.
"Kata dia ada setan yang ngikutin gue." katanya penuh ketakutan.
"Anjir, serem banget si Andin."
"Spooky banget pokoknya dia sekarang. Langsung aja gue cabut. Nggak berani gue deket-deket sama dia!"
Itulah pembicaraan yang sering mereka bisik-bisikan di belakang Andin sekarang. Dan apa yang mereka bicarakan memang tidak salah. Sejak terbangun di rumah sakit Andin menjadi sosok yang berbeda.
-Sebulan yang lalu -
Setelah tiga hari dirawat di ICU, Andin dipindahkan ke ruangannya sendiri. Di tengah malam Andin terjaga. Ia mendengar suara sreek... sreeek... seperti suara orang sedang menyapu lantai.
Kedua kakinya masih digantung penyangga. Dan ia masih merasakan nyeri di sekujur tubuhnya meski perawat sudah dua kali menyuntikkan obat penghilang nyeri di infusnya.
Bunyi sreek... sreek itu kian mendekat, namun Andin tidak melihat ada orang lain di ruangan itu.
Andin mengerjapkan matanya berkali-kali ketika sesosok berpakaian suster menyeret tubuhnya di lantai. Matanya semerah darah. Wajahnya hitam gosong. Begitu pula tangan dan kaki yang dipakai untuk menyeret tubuhnya di lantai. Gosong seperti habis terpanggang.