Gadis itu bernama Andin. Andin Mawar Rasyid. Pramugari berusia 25 tahun yang bekerja di sebuah maskapai besar di Indonesia.
Kulitnya kuning gading dengan rambut panjang berwarna hitam. Cantik itu kesan pertama melihat sosoknya. Suram dan aneh setelah lama berbincang dengannya.
Sebenarnya dulu ia tidak seperti itu. Ceria dan pandai bergaul adalah julukannya. Tapi sejak kecelakaan itu tidak pernah ada senyum tergambar di wajah cantiknya. Apalagi tawanya yang ceria.
Aneh, itu kesan pertama Naya, sahabat akrab gadis itu ketika bertemu lagi ketika menjenguknya di rumah sakit.
"Cong Lo tahu nggak siapa yang baru aja kena labrak si L?"
Hening, tidak ada jawaban sama sekali dari bibir gadis itu. Dahi Naya mengeryit. Ia mengharapkan reaksi yang berbeda dari gadis di depannya. Reaksi khas Andin dulu. Yang selalu menggebu-gebu ketika ia memberinya bahan gosipan baru.
Saat itu Naya sedang menjenguk Andin setelah empat hari dirawat di rumah sakit. Sebenarnya ia ingin cepat-cepat menjenguk sahabatnya itu tapi karena sedang terbang ke Sidney jadi ia harus menunggu dulu.
"Kok Lo diam aja sih Cong, ayo lo pasti nggak nyangka deh, siapa yang berani ngerebut Captain jagoannya si L?" katanya lagi mencoba memancing reaksi heboh Andin.
"Anak initial baru, namanya Maya. Tinggi 171 cm asli Malang. Tinggal di apartemen yang dibeliin sama cowoknya."
Tidak ada segaris senyum di wajahnya. Datar, tanpa emosi dan ekspresi. Dingin, kata-katanya dingin seperti bukan Andin yang dikenal Naya.
Mata Andin tampak terpejam. Mulutnya kembali membuka. "Dia dilabrak waktu ngeron bareng Mbak Linda di Denpasar. Mbak Linda bilang kalo sampai Maya berani tidur lagi sama Capt Beno, Mbak Linda akan buat dia dikeluarin."
Naya tidak sanggup menutup mulutnya yang mengangga. Heran mengapa Andin bisa mengetahui banyak informasi tentang ceritanya ini, padahal ia belum menceritakannya pada siapapun juga.
"Lo habis gibah sama siapa? Kok akurat bgt gosipan Lo. Padahal gue pikir baru gue aja yang tahu karena satu flight bareng mereka. Gila ya mulut airlines. Ngalah-ngalahin mulut bencong!"
"Gue nggak denger dari siapa-siapa kok."
"Ih lo kaya ama siapa aja sih! Gue kan jarang ngember kalo dapet gosip dari Lo!"
Andin diam. Matanya menatap lurus ke depan.
"Nay, nanti kalo lo pulang dari sini hati-hati sama pencopet ya. Simpan dompet lo baik-baik."
"Hah maksud lo?"