Pesawat Dan Mereka Yang Tidak Terlihat

annastasia
Chapter #5

Sebuah Mimpi

"Gue cuma bisa pesan buat lo hati- hati. Nggak semua suka sama kemampuan baru lo An." Naya menatap sahabatnya dengan khawatir.


Seantero maskapai sudah ramai membicarakan Andin. Mulai dari kemampuannya melihat hantu, membaca pikiran orang dan juga menerawang masa depan.


Peramal Millenial, si Dukun, Orang gila, Spooky, sampai si Cewek Freak adalah berbagai macam julukan yang diberikan para crew untuk Andin saat ini.


Mendengar itu semua, Naya sebagai sahabatnya merasa prihatin. Ia benci semua orang membicarakan Andin seolah-olah ia adalah orang aneh yang ditakuti semua orang.


"Apa lo nggak mau berobat An biar nutup kemampuan lo ini. Apa lo nggak mau kaya dulu lagi?"


Andin bisa membaca pikiran Naya, sahabatnya itu mengkhawatirkan omongan para crew yang bilang kalau Andin mungkin jadi sinting karena kepalanya terbentur waktu kecelakaan.


"Lo tahu kan Nay kalo psikolog aja bilang kalo gue nggak gila. Gue cuma berbeda. Ada hal-hal di luar nalar manusia yang memungkinkan ini semua."


"Iya mungkin lo mau coba alternatif lain?" kejar Naya lagi.


"Ke orang pinter buat nutup kemampuan lo ini?" kata Andin membaca kata-kata Naya selanjutnya.


"Don't do that An. Don't use your thing itu sama gue, okay!"


"Sori kebiasaan Nay. Menurut lo, apa nyokap gue nggak nyoba ngobatin gue setiap day off ke semua orang pinter? Paranormal hasil rekomendasi orang-orang ke dia?"


Naya menatap Andin dengan mata berkilat. "Ya kalo gitu lo coba sampai berhasil."


"Ngomong tuh gampang Nay, gue yang jalanin susah!" Andin merasa frustasi menjelaskan pada sahabatnya kalau apapun yang dilakukan dia dan keluarganya untuk Andin kembali normal sampai saat ini tidak pernah membuahkan hasil.


"I'm so sorry An, tapi gue pengen lo balik kaya dulu lagi. Gue sebel setiap denger ada yang ngomongin lo!" kata Naya sambil merangkul bahu Andin.


"Iya gue tahu maksud lo baik. Tapi coba jangan terlalu dengerin orang lain, karena mereka juga belum tentu mau dengerin kesusahan kita!" Andin balik merangkul sahabat baiknya.


"Tapi tenang aja kok gue nggak pernah berhenti berusaha buat normal lagi. Sekarang gue udah mulai bisa mengontrol kemampuan gue. Nggak seperti kemarin-kemarin, apa yang gue lihat dan terawang langsung gue bilang ke orang-orang."


"Semoga aja lama-lama bisa hilang ya An. Buat kebaikan lo juga." Naya tersenyum sambil memeluk sahabatnya.


Andin mengangguk, mengamini harapan gadis itu.


Lihat selengkapnya