Pesawat Dan Mereka Yang Tidak Terlihat

annastasia
Chapter #7

Di Jakarta Masih Terjadi

Semua mata di ruangan itu kini menuju pada Andin.


"Jadi menurut Kamu. Kejadian kemarin di Lombok akan terulang lagi?" Mbak Diah, Asisten Chief yang menerima laporan Andin menatapnya tidak percaya. Sedangkan asisten lain yang bernama Mbak Asri tampak serius mendengarkan tanya jawab keduanya.


Andin mengangguk mantap. Sesekali ia menggigiti kuku tangannya. Suatu kebiasaan yang tidak bisa hilang kalau ia sedang merasa gelisah.


"Kapan?" tanya Mbak Diah lagi.


"Saya tidak tahu kapan akan terjadinya. Tapi Saya tahu itu akan terjadi."


Suara tertawa meremehkan Mbak Diah membuat Andin tidak nyaman.


"Lalu apa yang Kamu tahu?" katanya lagi usai menertawakan Andin.


Andin diam. Dia berusaha menahan emosinya. Ia tahu percuma berbicara keras dengan orang yang tidak mempercayainya. Orang yang menganggap dia pramugari yang senang cari sensasi.


"Saya tahu itu pertama dari mimpi. Saya melihat persis apa yang terjadi pada crew di Lombok. Lalu ketika Saya menjenguk sahabat saya Naya. Di situ saya mendapat penglihatan lagi. Crew yang lain, hotel yang sama. Kejadian yang sama, kesurupan masal."


"Yah sudah Saya terima laporannya. Sekarang Kamu boleh pergi."


Setelah Andin pergi. Mbak Asri menepuk bahu Mbak Diah pelan.


"Mbak, sebaiknya kita whassap laporan Andin ke Mbak Rinjani."


Mbak Diah menoleh dengan wajah tidak percaya.


"Untuk apa memberi laporan atas dasar penerawangan yang belum teruji kebenarannya. Belum tentu kejadian juga apa yang dibilang sama anak itu."


Meski Mbak Asri bergidik mendengar keterangan Andin tapi ia tahu seniornya, Mbak Diah tidak ingin menerima laporan Andin. Sehingga ia diam saja.


Andai Mbak Rinjani ada di sini. Ia pasti akan menganggap laporan Andin dengan serius. kata Mbak Asri dalam hati. Ia menyayangkan Chief mereka, Mbak Rinjani sedang terbang membawa training pramugari initial.


***


Andin pulang dengan rasa kesal. Kenapa laporannya tidak diteruskan ke Chief-nya.


Bukannya Andin tidak memiliki nomer pribadi Mbak Rinjani, tapi ia tahu etika dan prosedur untuk membuat laporan di lapangan harus melalui asisten Chief dulu. Lalu akan diteruskan ke Chief mereka. Tapi Mbak Diah. Ah kenapa si Mbak yang satu itu. Andin bisa membaca Mbak Diah itu tidak suka dengannya. Tidak suka ia memiliki kemampuannya itu. Lebih tepatnya Mbak Diah iri pada kemampuan Andin. Selama ini orang-orang di manajemen selalu percaya Mbak Diah punya kemampuan supranatural, menerawang dan menyembuhkan. Tapi Andin tahu ia tidak begitu. Ia tidak memiliki semua itu.

Lihat selengkapnya