Sebuah pemandangan langka bagi Rindu, Nanda dan Diba tidak pergi ke kantin saat jam istirahat. Alasannya mereka mager alias malas gerak, ditambah kantin yang hari ini sangat ramai membuat keduanya malas berdesak-desakan. Biasanya Diba yang paling bersemangat pergi ke kantin, bukan hanya untuk sekedar melenyapkan lapar dan dahaga namun juga mencuci matanya melihat para cogan yang nongkrong di kantin atau lapangan basket yang tak jauh dari kantin. Begitu juga dengan Nanda.
"Omg rin..sampe sekarang lo nggak punya akun ig atau pun fb?" Teriak Nanda dengan suara cetar membahananya.
"Hm."
Jujur Rindu paling males jika Nanda atau Diba meminjam ponselnya. Bukanya pelit ataupun apa, percayalah kedua sahabatnya sangat hobi menggeledah isi ponselnya. Di ponselnya ia tidak menyimpan satu rahasia pun meskipun begitu tidak berarti mereka boleh menjamahi ponselnya seenaknya.
"Wtf?! sayang banget sumpah kalo gue jadi lo mungkin akun ig gue bakal rame dm dari followers udah pasti berjibun. lo cantik pasti banyak yang ngefans di luar sana apalagi body goals lo pasti banyak yang yang minta lo buat jadi nge-endorse," ceramah Diba dengan semangat 45.
"Belum tentu," jawab Rindu acuh.
Ia memang tidak terlalu suka hidup dalam dunia medsos selain itu ia tidak ingin hidupnya dikomentari banyak orang toh ia tak perlu menjadi seperti yang orang lain katakan perihal dirinya. Emangkan? nggak harus punya akun di medsos. Kalaupun memilikinya kita harus bijak menggunakannya.
Sudah cukup siswi-siswi yang menatapnya sengit. Ia tak mau jika harus menerima risiko berupa komentar julid bin nyelekit mereka. Meskipun ia bersikap cuek dan tampak biasa saja, tapi tetap saja ia juga memiliki perasaan. Dipandang seperti itu siapa yang tidak risih?
"Ini lagi foto lo di galeri cuma ada dua biji," celetuk Nanda dan yang bisa dipastikan membuat Diba berpidato akbar lagi.
"Lo nggak pd selfie di depan kamera?"
"B aja."
"Hp lo dirancang dengan kamera yang bagus dari pabriknya itu buat foto malah nggak dimanfaatin."
"Rin gue bikinin akun ig mau nggak?" ujar Nanda bersemangat.
"Nggak."
"Lah napa emang?"
"Nggak papa."
"Yaudah nih hp lo," ujar Nanda sembari menyodorkan ponsel Rindu.
Mungkin mulai sekarang ia harus memasang password untuk ponselnya. Ia mengambil earphone yang ada di dalam sakunya lalu menyambungkanya dengan ponselnya dan irama musik pun berputar.
Namun tanpa Rindu tahu, Nanda tersenyum pada Diba dan mengangkat tangannya membentul simbol 'ok'.
***
Gadis berkaos lengan pendek merah itu merebahkan tubuhnya di kasur. Ia memejamkan matanya kala rasa pusing menjalar di kepalanya. Sepulang sekolah tadi ia kehujanan namun beruntungnya Daniel mengantarkannya pulang. Awalnya ia sempat menolak ajakan kakak kelasnya itu. Tapi ia pasrah saja saat handphonenya dirampas paksa oleh Daniel. Sungguh tidak lagi-lagi ia mau diantar pulang oleh cowok itu. Cowok itu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi dan tidak memperdulikan nyawa seseorang yang dibonceng. Ia sampai mencubit dan menabok lengan Daniel agar mengendarai dengan santai. Parahnya lagi mereka kehujanan ketika ditengah perjalanan.
Hampir seluruh tubuhnya basah terkena air hujan namun jika dibandingkan dengan dirinya, Daniel cowok itu lebih kebasahan dibanding dirinya terlebih jaket cowok itu dipinjamkan kepadanya. Alhasil ia pun meminjamkan baju kepada cowok itu. Tunggu! Ia melupakan sesuatu.