"Rindu tungguin...!” ujar Nanda sambil berlari mengejar Rindu, sahabatnya.
Gadis yang namanya disebut pun berhenti. Namanya Rindu gadis cantik yang namanya kondang seantero sekolah berkat prestasinya. Selain itu, parasnya yang cantik membuat kaum adam menggilainya. Namun, sangat disayangkan, sikapnya yang dingin dan cuek membuat mereka semua salah menilainya.
"Huh..." Nanda berhenti tepat di samping Rindu, mengatur napasnya yang tersenggal–senggal akibat mengejar langkah sahabatnya yang kelewat cepat. "Lo...jalan cepet banget..sarapan apa lo tadi pagi?" "Nasi,"
"Gue tau lo makannya nasi bukan tanah," Ujar Nanda disertai dengusan kecil. "Oh ya, lo udah bikin tugas dari bu Lintang belum?" "Emang ada tugas?" Tanya Rindu dengan ragu. Sungguh ia lupa, tapi mengingat bahwa ia selalu mengerjakan tugas sepulang sekolah membuatnya harus segera memeriksanya barangkali ia memang belum mengerjakan.
"Belum? Eh tumben banget lo biasanya kan-" Nanda membulatkan matanya. "Rin!"
Rindu langsung berjalan meninggalkan Nanda tanpa menunggu lanjutan dari Nanda. Sungguh, mendengarkan ocehan sahabatnya itu bukanlah hal yang menarik. Lebih baik ia segera memeriksa bukunya sebelum bel masuk berdering.
"Lah kok gue ditinggal? kebiasaan banget, dasar kutub!" ujar Nanda sambil merapikan rambutnya yang bertebaran.
"Gue denger!" teriak Rindu yang sudah berjalan beberapa meter darinya.
'Mampus!' batin Nanda lalu kembali berlari mengejar sahabatnya.
***
Bel istirahat berdering, membangunkan semangat siswa maupun siswi untuk menuju kantin. Kelas 11 ipa 1, telah kosong sebagian karena sebagian penghuninya sedang mengisi perut mereka yang kelaparan. Namun berbeda dengan tiga gadis yang duduk santai sambil bercengkerama.
"Kuy kantin!" Ujar Nanda setelah menyimpan handphonenya kedalam tas.
"Males."
"Bosen gue dengernya, sama gue aja yuk."
"Lo beneran nggak mau Rin?" Tanya Nanda yang hanya dibalas deheman oleh Rindu.
"Mau nitip?" kali ini Diba yang bertanya dan dijawab gelengan oleh Rindu.
Keduanya menghela napas, mereka hapal betul tabiat Rindu yang tidak suka dengan tempat ramai. Rindu memang sangat anti dengan yang namanya keramaian. Tapi jika dibilang anti sosial, tidak juga karna meskipun ia pendiam dan tidak menyukai keramaian ia cukup dekat dengan teman-teman sekelasnya.
Rindu merasa risih karena setiap kali ia berjalan di koridor selalu saja ada yang membicarakannya dan menatapnya. Ini bukan hal baru untuknya, hampir selama dua tahun ia bersekolah di sini dan hal itulah yang terkadang membuatnya muak. Beruntungnya gadis itu selalu pandai menetralkan ekspresinya. Sesekali ia menatap tajam pada siswi yang tengah membicarakannya, hanya itu karna ia tak mau membuat dirinya repot hanya untuk mengurusi mulut mereka. Selebihnya ia hanya menebalkan muka serta menulikan telinganya. Pernah sekali ia mendengar apa yang dibicarakan oleh beberapa siswi sat ia hendak ke kelasnya. Mereka mengatakan bahwa Rindu adalah gadis yang sombong, angkuh, songong dan sebagainya. Tapi Rindu sama sekali tidak menanggapinya, toh mereka juga tidak tahu apa-apa tentangnya.
Namun tidak dengan Nanda dan Diba yang secara sukarela membalas perkataan mereka jika mereka berlebihan. Dan saat itulah Rindu harus bersiap melerai sahabatnya tanpa mau ikut beradu mulut. Padahal selama mereka tidak berlebihan ataupun secara terang-terangan melontarkan kalimat pedas pada dirinya, ia masih bisa toleransi. Meskipun begitu ia tetap bersikap baik selama di sekolah.
Atau barangkali Rindu masih trauma dengan kejadian waktu itu dikantin. Ya saat mereka masih duduk di kelas 10.
Seorang cowok dengan tubuh tinggi semampai menabrak Rindu yang saat itu hendak kembali ke meja kantin, membuat piring yang ia bawa pecah dan makanan yang baru ia pesan pun terbuang sia-sia. Namun alih-alih meminta maaf cowok yang notabene kakak kelas itu malah menatapnya dingin seolah tak bersalah.
"Lo jalan pake-"