“Ayo bangun, bantu aku berkemas” suara Ardi terdengar di telingaku.
Mataku masih sangat tertutup rapat ketika tubuh ini diangkat dengan paksa dari lantai. Suara lain terdengar dari Ian yang menangis begitu kencang. Kepalaku pusing, terlalu terang untukku jika langsung kubuka mata sekaligus. Aku terduduk sambil menggaruk lengan kiriku yang sudah habis digigit oleh nyamuk tadi malam.
“titip mereka sebentar, nanti aku kabari lagi jika semuanya sudah selesai” suara Ayah berbicara kepada seseorang.
“iyah, selesaikan dulu saja. Setelah ini biar aku bawa mereka ke rumahku, biar diam dulu di sana sampai siang” Suaranya tak asing. Kupaksa membuka mata dan ternyata itu adalah Bibi Anna. Istri dari Kakaknya ayah. Paman Acep dan ayah adalah kakak beradik namun berbeda ibu. Kakekku menikah 2 kali. Aku banyak tau tentang silsilah keluarga dari Ardi, Ayah tak pernah bercerita sama sekali.
“heh bangun yang betul, jangan malah jadi melamun” kepalaku dipukul oleh Ardi dengan cukup keras. Pukulan itu membuat mataku sepenuhnya terbuka lebar, kepergian ayah dan ibu menjadi jelas terlihat, perlahan mereka keluar rumah dan menutup pintu. Langitnya masih terlihat sangat gelap dan teriakan Ian semakin kencang .
“ayo kalian siapkan dulu saja yang dibilang sama ayah ya. Bibi tenangkan Ian dulu. Nanti kalau sudah selesai kalian menyusul saja ke rumah bibi ya”
“iyah bi. Aku siapkan dulu yang disuruh ayah.”
Bibi Anna pergi membawa Ian yang masih saja menangis. Ardi sibuk mengemas baju-baju ke dalam tas, dia juga membereskan satu sudut di ruangan rumah kami sehingga rapih tanpa ada sedikitpun barang. Bukan suatu hal yang sulit untuk membereskan rumahku ini, kita sangat sadar tentang apa saja yang ada di sini bahkan setiap jengkalnya. Ruangan 3x4 meter yang sudah terpotong dengan kamar mandi sebesar 2x1 meter, pergerakan kami hanya sebatas ruangan berbentuk kotak ini. Ruang kotak yang diisi oleh Aku, Ayah, Ibu, Ardi dan Ian. Nama Aku Acil.
“Ayah dan Ibu pergi kemana?” tanyaku pada Ardi
“sudah waktunya ibu untuk melahirkan. Mereka pergi ke bidan. Aku disuruh ayah untuk membereskan rumah dan menyusul ke sana membawa baju-baju untuk ibu dan juga bayi nya”
“hm.. sudah akan ada anak bayi lagi ya?”
“sudah jangan banyak tanya. Bantu aku membereskan bantal-bantal dan selimut bekas tidur. Kalau sudah selesai kita berangkat. Aku menyusul Ayah. Kamu susul Ian ke rumah Bibi Anna”
Sambil masih mengantuk aku mulai beranjak membantu Ardi. Ini masih subuh dan kami sudah harus sesibuk ini. Ardi selesai mengemas baju, aku juga selesai melipat selimut dan merapihkan bantal. Ember-ember dikamar mandi sudah terisi penuh oleh air. Ardi keluar untuk menyalakan motor. Aku ikut keluar tanpa berganti baju atau membasuh muka sedikitpun. Kunci rumah dibawa olehnya.
“Nanti adik bayi itu tinggal dimana?” tanyaku pada Ardi sambil terduduk didepan pintu. Masih mengantuk.
“ya disini lah. Mau dimana lagi”
“memangnya akan cukup?”