Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #2

Luka Berasal | 2

   “Sebaiknya Anda tanyakan langsung kepada Tuan Sancho.” Dibuatnya Hanyut Molek dalam kebingungan. Kenapa perubahan ini terkesan mendadak tanpa memberi jejak kepadanya. Ia mulai curiga telah terjadi sesuatu yang membuat ayah mertuanya menjauhkan ia dari Arandra. “Saya permisi, Nyonya.” Tutup Bob menarik diri.

  Molek bergeming seorang diri, hatinya menebak-nebak penuh prasangka. Jane asistennya pun turut merasakan kerisauan. Tampak jelas mukanya cemas memikirkan apa yang akan terjadi pada sang majikan. Ia takut, sesuatu yang buruk akan menimpa nyonya muda itu. Apa lagi di saat yang sama Arandra bebas tugas tiba-tiba. 

 

  ***

   “Haruskah aku mencabut nyawamu saat ini juga, agar kehormatan keluarga ini tetap terjaga?” Sancho menatap keji. Di hadapannya telah berdiri sang istri dengan mata tak kalah tajam. “Arandra.” Ia mendengus sinis tanpa menarik pandangannya. “Aku menugaskan dia untuk menjagamu tetapi kalian malah bermain di belakangku – aku tidak mengira kalau istriku yang lembut dan manis berani melakukan hal rendah seperti itu.”

   “Aku sudah mengungkapkannya. Itu menunjukkan bahwa aku sudah tidak peduli lagi pada nyawaku. Renggut saja bila kau mau.”

  “APA MAKSUDMU MOLEK!” bentakan Sancho menyentakkan wanita itu. Sancho berjalan cepat menghampiri istrinya. Ia cekeram kedua lengan Molek hingga wanita itu terlihat menahan kesakitan. “Katakan padaku apa yang kau katakan adalah kebohongan! Katakan padaku kalau kau tidak berselingkuh dengan Arandra! Katakan padaku kalau kau mencintaiku! Katakan! Katakan Molek!” Sancho terus mengguncang tubuh istrinya.

   Air mata Molek seketika meluap, begitu cepat membanjiri pipinya. Namun bibirnya masih kuat tersenyum melecehkan, dan sorot tajam matanya tetap menghunus mematikan. Sedikit pun wanita itu tidak terlihat gentar. 

   “Akhirnya kau mengemis padaku,” ucap wanita itu parau.

   Sancho terperanjat oleh ucapan istrinya. “A-apa maksudmu?”

   Wanita itu menepis kuat cengkeraman suaminya. “Aku sangat ingin tertawa melihatmu seperti ini.”

   “Kau?”

   “Ini sangat memuaskan untukku.”

   “MOLEK!!!”

   “Aku tidak akan pernah mencintaimu, Sancho!” begitu keras dan marah wanita itu berkata. “Kau yang sudah membuat hidupku dan ayahku menderita! Apa kau pikir kebaikan yang kuterima darimu pada akhirnya membuatku bahagia?! Tidak pernah sama sekali, Sancho! Kau justru sudah membawaku semakin dalam kepada neraka! Jangan harap kebencianku padamu akan berubah menjadi seperti yang kau inginkan! Bagiku kau hanyalah pria serakah yang mengenaskan!

   “Arandra lebih berarti bagiku dari pada dirimu! Jadi jangan pernah kau mencoba menyakitinya! Aku tidak akan menyembunyikan perasaanku lagi. Kau lihat, istrimu mencintai pria lain! Aku tidak akan takut padamu Sancho, tidak akan takut lagi! Kau sudah mengambil nyawa ayahku, dan sekarang aku tidak peduli kalau kau juga ingin mengambil nyawaku! Dalam sisa nafasku, sampai kau mengorbankan jiwaku untuk menjadi tumbal kekuasaan keluargamu, aku akan menjadi pelindung bagi Arandra dari dirimu! Ini adalah pengakuan, sekaligus penegasanku kepadamu bahwa aku membencimu! Aku membencimu!” 

   “CUKUP MOLEK!” Sancho mengambil langkah mundur seraya mengeluarkan pistol dari balik jasnya. Ia arahkan senjata itu, sangat tepat, tepat di jantung istrinya.

Lihat selengkapnya