Penguasa itu tidak sendiri, istrinya yang penuh kesetiaan juga sama serakahnya dengan sang suami. Nyonya yang tetap awet muda di usianya yang ke 52. Senyumnya penuh tipuan, terobsesi pada kecantikan, tergila-gila pada perhiasan, dan menyerah pada pakaian bermerek ternama. Sang bidadari yang diam-diam bertanduk iblis itu biasa dipanggil rekan-rekannya dengan sebutan Nyonya Molly.
Nyonya Molly alias Bibi Molly yang dikenal Gensi, Soa, Edzard dan Ken sebagai bibi yang berhati baik. Ia yang dianggap mereka bertiga sebagai ibu rumah tangga biasa, menyukai anak-anak, dan senang berbagi cerita.
“Ada apa lagi Hector?”
“Hector? Ini aku Soa, Ayah.”
“Oh, kau Soa. Maaf, Ayah kurang memperhatikan namamu. Baru saja Ayah menerima telepon dari teman Ayah, Ayah kira dia menelepon lagi. Ada apa, Nak?”
“Di mana Ayah sekarang? Apa hari ini Ayah akan datang ke restoran?”
“Sepertinya tidak. Ayah sedang di rumah bibi Molly.”
“Ayah sedang bersama bibi Molly?”
“Belum. Baru akan menemuinya, panggilan telepon teman Ayah membuat perjumpaan kami tertunda.”
“Untuk apa Ayah ke sana? Dua minggu lalu aku sudah menemuinya dan dia tetap tidak ingin memberi waktu.”
“Ada beberapa hal yang harus kami bicarakan lagi, Soa – Nak, Ayah sudah terlambat, bisakah kita bicara lebih singkat?”
“Tadinya aku ingin meminta izin Ayah untuk tidak menjaga restoran. Tetapi mendengar Ayah ada di rumah bibi Molly kupikir aku harus secepatnya bicara dengan Ayah soal Ken.”
“Apa maksudmu, Nak?”
“Ayah. Pagi ini Ken bilang bahwa dia tidak ingin diasuh bibi Molly. Bisakah kita mempertimbangkan ulang?”
“Oh, soal itu. Gensi sudah menjelaskannya pada Ayah.”
“Benarkah? Lalu?”
“Soa, Ken hanyalah anak kecil yang labil.”
“Jadi Ayah tetap akan membiarkannya?” Soa terdengar gusar.