Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #16

Tiga Sahabat | 16

 

   Zoe si lelaki tambun satu-satunya di antara mereka yang selalu meramaikan suasana, tipikal yang sensitif dan menyukai hal-hal berbau mistis. Jika berjanji ia mudah menggampangkan, kalau hari ini ia bilang “Oke kita bertemu besok,” bisa saja satu jam sebelum pertemuan ia membatalkannya hanya karena ia lupa kalau ia sudah memiliki janji dengan yang lain. 

   Karena keterbatasan ekonomi, Zoe harus menunda niatnya untuk kuliah. Keluwesannya dalam berbicara membuat ia menyukai pekerjaannya sebagai pembawa acara. Belum terlalu terkenal memang, bahkan hanya masih di seputar panggung kecil dan belum sampai naik ke saluran televisi. Tetapi Zoe sangat menikmati pekerjaannya itu, meski orang tuanya kurang setuju karena pekerjaan itu tidak memberikan Zoe penghasilan yang pasti setiap bulan. 

   Selanjutnya ada Hanna. Gadis yang sangat bersahaja, ia asyik dengan dunianya sebagai penggemar buku dan menjalani perannya sebagai mahasiswi di jurusan ilmu perpustakaan di universitas Melvin. Hanna berasal dari keluarga yang memiliki status sosial cukup tinggi. Ayahnya adalah pemilik perusahaan penerbitan buku. Hanna tinggal bersama orang tua, dua adik kembar yang masih SMP dan seorang nenek. 

   Hanna adalah teman yang bisa menjadi penengah karena sifatnya yang lebih mengayomi. Hanya saja, orangnya kaku. Ia tertarik pada keteraturan dan persiapan. Karena itulah, jika berniat berlibur bersamanya akan sulit jika harus mengubah rencana tiba-tiba.

   Dan terakhir ada Dori, si kemayu yang selalu sibuk memperhatikan penampilan. Karakternya lebih manja, tetapi bukan berarti ia tidak penuh perhatian. Ia idealis, dan tertarik pada kisah romantis. Ia seorang gadis yang mudah tersentuh, satu karakternya yang mirip dengan Zoe. Sepertinya sifat itu juga yang membuatnya menjadi orang yang sangat mudah menangis. 

   Dori terlahir sebagai anak tunggal, ia sangat senang dengan dunia mode. Dori termasuk yang tidak melanjutkan kuliahnya, tetapi bukan karena masalah ekonomi, orang tuanya sangat mampu membiayai ia kuliah bahkan bisa saja hingga keluar negeri. Dori hanya masih ingin belajar mendesain pakaian dari bibinya yang merupakan salah satu perancang busana terkenal di Negara Denzel.  

   Dengan karakter mereka yang beragam, dunia melengkapi persahabatan Zoe, Hanna dan Dori dengan Soa yang dominan dan keras kepala. Sudah dua bulan ini mereka tidak berjumpa lengkap berempat, itu cukup membuat mereka saling merindu.

   Hari itu Zoe, Hanna dan Dori sudah mengambil meja di balkon kafe. Sambil menunggu Soa sesekali mereka berbincang atau salah satunya bergantian sibuk memeriksa media sosialnya masing-masing. “Kenapa Soa lama sekali, ini sudah setengah jam,” ucap Dori mulai rusuh hati.

   “Kau sepertinya sudah melupakan dia,” balas Zoe diikuti kernyit yang timbul di dahi Dori sebagai tanda tak mengerti. “Soa dan keterlambatan, sudah seperti sepasang sepatu!” tukas lelaki itu.

   Hanna tertawa lalu mengangguk setuju. “Eh, tapi kudengar tadi malam dia sempat pingsan di restoran.”

   “Apa!” Zoe dan Dori tampak kompak terkejut. “Anak itu bisa pingsan juga?” celetuk Zoe.

   Hanna mengangguk meyakinkan, “aku juga kaget. Padahal yang kita tahu dia punya fisik yang kuat. Tapi untunglah, ada orang yang membantunya membawa pulang ke rumah.”

   “Oh ya, siapa dia? Apa dia tampan?” Dori mulai berkhayal. 

   Zoe tak tahan untuk tidak menimpali. “Hei Dori, kehidupan Soa lebih rumit dari film romantis yang sering kau tonton. Dia terlalu perkasa untuk dibantu oleh pria tampan yang lembut seperti bayanganmu. Jadi sebelum pria itu membantu, dia pasti sudah takut lebih dulu pada Soa. Kalau aku jadi pria itu, aku akan biarkan dia bangun dan pulang sendiri.”

Lihat selengkapnya