Seketika Soa tertegun mendengar kejujuran lelaki di hadapannya. Cara Arandra memandangnya pun tak kalah lekat, memiliki banyak pesan tersirat.
“Aku masih ingat betul, saat pertama kali aku melihatmu di taman waktu itu,” Arandra melanjutkan ceritanya. “Aku melihatmu duduk sendiri di sana. Sungguh wajah yang tak asing kukenali.
“Saat itu aku ingin sekali menyapamu, Soa. Namun yang aku yakini kau tidak bisa melihatku. Itu akan menjadi sia-sia, dan betapa aku kecewa dengan keterbatasanku.
“Tetapi aku sadar, bahwa tidak seharusnya aku meminta lebih. Tidak apa, jika mata kita tidak bisa bertemu, yang terpenting kini, kau sudah hadir dan mengobati kerinduanku. Sejak hari itulah, aku selalu memandangimu dari kejauhan. Dan dibalik matamu pula, aku mencari tahu bagaimana kehidupan barumu yang sekarang.”
“Jadi benar, kau sudah lama mengawasiku?” Soa langsung membalas ucapan Arandra.
“Kau menyadarinya?”
“Ya.”
“Bagaimana bisa?”
“Apa kau masih ingat, saat aku ingin menyentuh tanganmu di depan restoran waktu itu?”
Arandra memutar waktu di dalam memorinya.
“Kau menghindar dan beralasan kakakku pasti membutuhkan bantuanku. Itu tidak sejalan dengan pengakuanmu sebelumnya yang bilang untuk pertama kali kau mencoba mencariku di sekitar taman. Bagaimana mungkin kau bisa tahu aku mengurus restoran bersama kakakku.”
Arandra mengingat dengan jelas kejadian itu. Ia sangat tak menduga, kekeliruannya bisa membuat Soa membaca rahasia.
“Maafkan aku Soa. Aku tak bisa menahan diriku.”
“Astaga, seseorang menguntitku. Apa kau tidak sadar? Ini adalah perbuatan tidak menyenangkan. Jika kau manusia, tentu kau sudah kulaporkan ke polisi karena membuatku takut!”
Arandra tertunduk menyesal, tak berani memandang mata Soa. Kekesalan yang mendekap batin gadis di depannya, membuatnya ikut merasa tak enak hati.
“Katakan padaku. Apa lagi yang kau sembunyikan?!” serang Soa lagi.
Arandra memandang wajah marah gadis itu. Memahami, bahwa ia memang pantas mendapatkan semua ini.
“Kau tahu, Soa. Suatu ketika betapa bahagianya aku, saat aku sadar bahwa aku keliru. Kau bisa melihatku dengan jelas. Menyapaku, dan seiring waktu kita saling bicara dan tertawa bersama.