Ken semakin merasa kelelahan, meratapi nasib seraya terduduk lemas bersandar pada daun pintu dengan air mata yang masih tak ingin kering. Di sisa tenaganya ia merintih pelan mengandung amarah, “Kau jahat, Soa!”
Di sisi lain, terlihat Soa tak tenang dalam tidurnya. Tubuhnya berguncang tak tentu arah, mulutnya meracau memanggil-manggil nama Ken.
“KEN!” gadis itu langsung terbangun dari mimpi buruknya.
Jantung Soa masih berdegup cepat, nafasnya masih tersengal-sengal, namun sebisa mungkin Soa berusaha duduk. Ia lihat jam yang menunjukkan sudah pukul delapan malam.
“Sepertinya aku terlalu lelah sampai ketiduran begini,” gumamnya dalam hati. “Tapi kenapa, Ken muncul dengan sangat menyedihkan di dalam mimpiku?
“Ya Tuhan, aku mohon perlindunganmu untuknya. Jika memang Ken sedang dalam keadaan tidak baik, aku mohon kirimkanlah seseorang yang Kau percaya dapat menjaganya. Aku takut, Tuhan. Aku takut hal buruk menimpanya.”
Setetes air mata itu pun tumpah, membasahi raut muka yang memancarkan duka.
***
Kalevi baru saja tiba di rumah. Tampak wajahnya yang sudah kelelahan akibat aktivitas seharian. Para pelayan langsung sigap menyambutnya, seseorang di antaranya bahkan menampung jas dan tas kerja yang ia bawa. Dalam pikirannya Kalevi sudah membayangkan, untuk berendam santai di dalam air hangat yang menenangkan.
Akan tetapi, setelah Kalevi menaiki anak tangga dan melewati kamar yang dihuni Ken. Ia mendengar suara isak tangis dan beberapa kali suara pintu dipukul. Kalevi jadi penasaran atas apa yang telah terjadi. Ia pun berjalan lebih mendekati.
Dua orang penjaga yang berdiri siaga tepat di depan pintu kamar sempat memberi hormat kepada Kalevi.
“Ada apa dengan anak itu?” tanya Kalevi pada salah satu dari mereka.
“Anak itu berusaha kabur, Tuan.”
“Kabur? Lalu kalian menjaga berdua di sini?”