Pertemuan Soa dengan Hector mengubah kenyamanan menjadi kekalutan yang merajai hati. Setelah perpisahan mereka, sepanjang perjalanan pulang pikiran Soa tak henti-hentinya diteror pertanyaan yang menuntut jawaban segera.
Dibuat kusut, hati gadis itu. Kenapa ayahnya mengambil pilihan yang tak seharusnya? Andai saja ia mau menerima bantuan dari sahabatnya, mereka pastilah bisa keluar dari lingkaran setan. Penjualan restoran yang semakin baik kala itu, juga pastilah mampu menjadi sumber pendapatan untuk mengganti uang Hector tanpa harus mengorbankan sekolah Ken dan biaya hidup mereka sehari-hari. Terlebih, Hector tidak memberikan bunga sama sekali pada pinjaman yang diberikannya. Namun nyatanya sang ayah berkehendak lain, ia mengharapkan keluar dari persoalan sekaligus mendambakan sesuatu yang lebih besar.
Sesampainya di rumah, Soa buru-buru memasuki kamar ayah ibunya. Tidak ada siapa pun di rumah kecuali dirinya sendiri. Ada sebuah tumpukan map tiga warna di atas meja, kalau di total mungkin sekitar tujuh map yang ia temukan di sana. Sesuai perintah ayahnya ia harus membawa map-map yang berwarna kuning.
Ia kumpulkan satu-persatu map itu. Ada dua map kuning yang ia pisahkan. Soa penasaran dengan isinya, dibukanya map itu, ada perjanjian kerja sama dan berkas-berkas mengenai restoran. Ia juga tidak segan memeriksa map lain yang tersisa.
Melihat map-map itu ia cukup terpesona dan berdecak-decak takjub, status sosial ayahnya memang terlihat maju sekarang. Akan tetapi kekagumannya berubah menjadi kegelisahan, saat pertemuannya dengan Hector melintas di memorinya.
Tak lama kemudian, sebuah kertas kecil tiba-tiba jatuh ketika Soa sedang memeriksa sebuah map yang berwarna biru. Tertulis alamat dan nomor telepon di atasnya. Soa tidak kenal nama itu, tetapi yang pasti ia berniat untuk menggunakan penjepit agar kertas kecil yang terselip itu tidak tercecer lagi.
Ia mencari-cari, membuka laci satu persatu. Namun belum ada penjepit kertas yang ia temukan di sana. Hanya saja ... ada map lain yang tersimpan ketika ia membuka laci paling bawah. “Map apa ini?” ucapnya digoda rasa penasaran. Ia ambil map itu lalu membukanya dengan hati-hati.
[Surat perjanjian Hak Adopsi] begitulah judul yang tertulis di sana.
Soa langsung terkesiap! Itu adalah surat perjanjian tentang Ken yang ingin dilihatnya selama ini.
Buru-buru gadis itu membacanya. Perjanjian itu memiliki begitu banyak poin. Ia pun duduk di atas kursi lalu meneliti satu-persatu isinya. Bahkan sampai lupa, kalau ayahnya sedang menunggu segera.
Hampir tiga puluh menit Soa berada di kamar orang tuanya, kini semua terlihat lebih jelas. Seperti yang sudah ia dengar, Ken memang tidak diperkenankan berkomunikasi dengan keluarga kandungnya. Anak itu akan di beri pendidikan hingga tingkat universitas dan akan menjadi salah satu pewaris di keluarga besar barunya. Kedua orang tua adopsi bebas mengajak Ken pindah ke negara mana pun, dan bebas pula mengganti identitas Ken dengan nama keluarga yang baru. Sementara itu sebagai sebuah pergantian, ayahnya menerima pembebasan hutang yang tak mampu terbayar.