Felix tak habis pikir dengan kelakuan anak perempuannya. Tamunya juga jadi merasa gusar mendapati paksaan gadis itu. Ia pun berujar menahan kesal, “Haruskah kita tunda pembahasan kita, Felix?”
Felix tak ingin melepas pertemuan mereka begitu saja. Ia lantas melirik ke arah Gensi yang sejak tadi cuma bisa diam terkesima.
Menyadari kode ayahnya wanita itu langsung menghampiri Soa dan berbisik kepadanya.
“Jangan mencari masalah. Kita bicara di luar!” ucapnya lalu merangkul bahu Soa agar terkesan akrab. “Silakan Tuan Kalevi melanjutkan pembicaraan dengan Ayah. Adikku ini masih terlalu muda dan bukan orang penyabar. Jadi jangan anggap ucapannya serius. Kami permisi dulu,” ucap Gensi dengan senyum tebar pesona.
Soa terperangah dengan timbal balik Gensi, sekaligus tak kuasa mengelak tarikan sang kakak di lehernya lewat rangkulan yang begitu kuat.
Buru-buru Gensi membawa Soa keluar restoran. Terdengar adiknya sudah merintih kesakitan di leher, tak lepas pula menarik perhatian beberapa tamu restoran, namun sayang Gensi tetap tidak peduli. Ia terus saja menarik adiknya menjauh agar tidak mengganggu lagi pertemuan bisnis itu.
“Apa yang kau inginkan sebetulnya?!” bentak Gensi setelah mereka berada di area parkir restoran.
Soa memegangi lehernya. Menggerakkan pelan-pelan untuk melemaskan kembali otot-otot yang serasa dicengkeram.
“Apa kau ingin membunuhku?!” balasnya berbalik keras.
“Jangan berlebihan! Cepat katakan apa yang kau mau tanya dari Ayah?! Biar aku yang jawab!”
Soa menatap kakaknya ragu. “Tahu apa kau tentang pertanyaanku?!”
Jawaban Soa membuat Gensi merasa diremehkan. “Kau belum bertanya tapi sudah meragukanku. Aku tahu segalanya! Kau bilang ini tentang Ken. Apa lagi yang ingin kau ungkit?!”
Tidak ingin larut dalam pertengkaran yang memakan waktu, Soa pun akhirnya mengungkapkan dengan nada yang lebih rendah. “Aku ingin bertanya kepada Ayah soal keluarga bibi Molly. Apakah dia salah satu anggota keluarga Jorell?”
Gensi terdiam sejenak. Merasa terheran-heran dengan pertanyaan itu. Tawa mengejek pun keluar dari mulutnya. “Hanya itu yang ingin kau tanyakan?” katanya sesaat kemudian.
Mata Soa menyipit tajam. Menunggu jawaban Gensi dengan rasa tak sabar. Masa bodoh jika kakaknya menganggap itu hanya pertanyaan sepele.
“Tentu aku tahu soal itu,” balas Gensi. “Memang benar. Bibi Molly dan Paman Daiva adalah salah satu keturunan keluarga Jorell. Mereka saudara sepupu yang telah menjadi suami istri. “
Soa membelalak terkejut bukan main.
“Bagaimana?! Kau sudah puas dengan jawabanku?!”