Soa begitu di palu kecewa. Disisa-sisa keteguhannya ia masih berusaha melawan nasib. “Kuanggap saja ayah tidak tahu sepertimu. Maka aku akan tetap menunggu di sini untuk mengatakannya.”
“Apa! Kau yakin akan melakukan itu?! Berkacalah! bagaimana ia akan percaya kepadamu.” Gensi menyerang melemahkan.
“Kenapa kau berpikir Ayah tidak akan percaya padaku?”
Kakaknya mendengus seraya tersenyum sinis. “Pertama. Ceritamu tidak masuk akal! Dan tidak juga memiliki bukti. Sama sepertiku, Ayah hanya akan menganggap hal itu sebagai dongeng yang diperbincangkan pemuda Denzel di kafe-kafe. Tentu dia akan lebih mempercayai bibi Molly sebagai temannya.
“Dan yang kedua. Itu karena reputasimu di mata Ayah sangat buruk. Kau hanya anak yang selalu menentang baginya.”
Soa tidak mau menerima begitu saja. “Kau bilang aku selalu menentang? Aku sudah berusaha menuruti perkataan ayah.”
“Oo... jadi kau cukup percaya diri dengan apa yang sudah kau lakukan? Itu tidak cukup Soa! Kau tetap anak yang melelahkan untuk Ayah dan Ibu. Kau masih lebih banyak menuruti keinginanmu sendiri. Kau tidak punya kesetiaan sepertiku dan Edzard.” Ucapan Gensi lagi-lagi menghantam keras hati Soa. “Lihatlah kami. Kalau Ayah tahu, sudah pasti kami juga tahu. Tak ada yang Ayah sembunyikan dariku dan juga Edzard. Kau masih ingat siapa yang pertama kali tahu tentang pengasuhan Ken? Dan tentang cabang baru restoran kita? Kami yang tahu lebih dulu darimu. Kamilah orang kepercayaan Ayah, bukan kau. Bahkan hingga aku berdiri sekarang di sini untuk menemuimu!”
Kata-kata Gensi tak mampu membuat Soa membalasnya. Lidahnya terasa berat menepis. Ia sadari dirinya sering tidak sejalan dengan keinginan sang ayah. Akan tetapi, ia merasa sudah berusaha. Melawan egonya sendiri, demi apa yang ayahnya kehendaki. “Kenapa kepercayaan yang Ayah berikan kepadaku dengan Gensi berbeda, Ayah?” suara hati itu pun bergumam dalam sendu penuh rasa ingin tahu.
“Pulanglah, Soa. Jangan buang-buang waktumu. Kau tidak perlu menunggu, jawabanku berarti jawaban Ayah.”
“Gensi percayalah padaku, ayo kita cari tahu pada Ayah dulu.”
“Tidak Soa! Kubilang tidak! Hentikanlah pembahasan ini.”
“Bagaimana jika Ken dalam bahaya?”
“Apa kau pikir Ayah tidak bisa melindungi anaknya?!”
“Gensi....”
“Kalau kau ingin mencari tahu, carilah sendiri! Masih banyak pekerjaan lain yang lebih penting kulakukan! Sudahlah, aku sudah sangat kedinginan di sini.”