Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #70

Melindungi | 70

Zoe terheran-heran merasa tidak terima dengan sikap cuek Soa. “Apa kau sadar apa yang akan kau hadapi!” sergahnya menghentikan langkah Soa. “Kau akan melawan kekuatan jahat di luar nalar! Bahkan itu mempertaruhkan nyawamu, jiwamu, seperti kenyataan yang pernah kudengar! Dan kau bersikap seolah ini adalah hal kecil!” 

Soa mematung di tempatnya berdiri, menerima ucapan Zoe yang terdengar lantang, tanpa ingin memutar badan menunjukkan duka yang terpampang di wajah. 

“Soa,” Hanna memanggil lembut seraya turut berdiri. “Jangan menarik diri dari kami,” pintanya.

Dori tak tahan untuk tetap diam. “Hei kepala batu! Bagaimana kau bisa melarang kami untuk tidak khawatir sementara kau adalah bagian dari diri kami!”

Soa masih tak berkutik. Ia meyakinkan diri bahwa bukan penolakan kasar yang ingin ia beri, melainkan perlindungan agar tidak ada seorang pun selain dirinya yang terluka.

“Lihatlah dia! Selalu merasa bisa menyelesaikan masalahnya sendiri!” Zoe masih meluapkan kekesalan. “Apa kehadiran kami terlalu remeh buatmu?!”

“Zoe!” Hanna mencoba menghentikan kekesalan Zoe.

“Apa kau pikir aku akan takut kalau sudah begini?! Jangan merendahkanku!” Dori ikut meluapkan kejengkelannya.

Hanna memilih tetap tenang tidak ingin suasana ketegangan di antara mereka semakin menjadi-jadi karena itu sama saja membiarkan diskusi mereka larut pada jalan buntu.

“Kau telah melakukan pertukaran jiwa, Soa. Kau tidak bisa melarangku untuk membantumu,” tandas Zoe.

“Seperti kau tidak bisa melarang Zoe untuk membantumu. Maka kau juga tidak bisa melarangku dan Hanna untuk membantumu, Soa.”

Soa merasa kewalahan menghadapi kegigihan ketiga sahabatnya. Tetapi mau bagaimana lagi, ia sudah sama kukuhnya untuk tidak melibatkan mereka. Perkataan Molly masih terasa mengiang-ngiang di telinga. “Pegang ucapanmu. Bersiaplah dengan penawaran yang akan kuberikan. Oh tidak! Bahkan yang aku katakan kepadamu selanjutnya lebih tepat disebut perintah. Jangan coba-coba kau lari atau aku terpaksa memilih satu dari orang-orang yang kau cintai untuk menggantikanmu. Menurutku, sahabat-sahabatmu tidak kalah menarik.”

Dan bayang-bayang itu membuahkan isak tangis, yang samar-samar terdengar memancing keingintahuan.

“Bukan begitu...” Soa akhirnya membuka suara. Ia membalikkan badan dan menghadapi ketiga sahabatnya dengan sikap berusaha tegar. Terenyuh hati mereka, memandang iba dalam keheningan. “Aku mohon mengertilah posisiku. Aku bercerita, bukan untuk mengurangi bebanku, tetapi untuk mengatakan pada kalian bahwa aku akan melewati situasi menantang yang tak bisa kuhindari. Takdirku sudah datang, biarkan aku menerima dan berlari sekuat tenaga menghampirinya, sebab itu arenaku. Wasit tidak mengizinkanku membawa teman, karena memang melawan musuh dalam permainan ini tidak bisa dilakukan oleh lebih dari satu orang.”

Hanna memberi tatapan memohon. “Kalaupun kau harus menghadapinya sendiri. Tak bisakah kau memutuskan untuk lari?”

Kesenduan semakin merajai wajah Soa. “Andai ini lebih sederhana dari kenyataannya, Hanna.”

“Lantas, apa rencanamu? Apa kau memiliki sedikit saja bayangan tentang apa yang akan dilakukan bibi Molly kepadamu?”

Lihat selengkapnya