Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #75

Untuk Pertama Kalinya | 75

Hari sudah mulai gelap. Soa masih ingin menghabiskan waktu di luar rumah. Ia belum mau pulang setelah pembicaraan dengan ayahnya terjadi. Malam itu ia memilih mengunjungi restoran pertama dekat taman, saat yang tepat untuk kesendiriannya karena jam tutup sudah tiba dan karyawan pasti akan segera pulang.

“Nona, apa kau yakin ingin kutinggalkan sendiri di sini?” salah seorang karyawan yang siap mengunci pintu restoran bertanya kepada Soa. Dalam hatinya cukup terkejut karena Soa datang tiba-tiba di saat-saat semua karyawan satu persatu pulang.

“Tak masalah Ted, kau bisa pulang sekarang. Bawa saja kuncinya. Aku punya kunci cadangan,” ucap Soa disusul dengan senyuman hampanya. 

Meski agak ragu, namun akhirnya Tedi menuruti keinginan Soa. Tinggallah kini gadis itu seorang diri. Hendak menemukan ketenangan tanpa keluarga dan teman-temannya yang mengetahui. 

Soa menuju dapur sebentar. Membuat secangkir teh menjadi pilihan yang ia lakukan. Setelahnya ia terduduk di salah satu meja pelanggan dengan minuman hangat itu di tangan.

Pikirannya melambung jauh, sementara kegundahannya menetap di dalam batin. Pertengkaran keras dengan ayahnya tadi sore masih sangat terbayang dengan jelas dalam pikiran Soa.

“Dari mana kau mengetahui hal itu?” semakin tajam tatapan mata itu menyorot. Seolah pria itu tak ingat lagi bahwa gadis di depannya adalah orang yang sangat ia cintai. 

“Apa itu penting untuk Ayah?! Apa dengan aku menceritakan dari mana aku tahu soal ini, Ayah akan mengubah keadaan?!”

“Seharusnya kau tidak mengacaukan rencana Ayah!” 

“Jadi Ayah menyesali perbuatanku?! Kupikir Ayah akan merasa bersalah meski itu sedikit!”

“Lebih baik kau diam di tempatmu!”

“Bagaimana aku bisa diam ketika aku tahu Ken akan menjadi korban dari keputusan Ayah?!”

“Pengorbanannya tidak akan sia-sia! Itu untuk menyelamatkan keluarga kita dari kemiskinan! Apa kau tidak paham juga?!”

“Kenapa Ayah masih menganggap ini perbuatan yang benar?!”

“Lantas apa cara yang kau punya? Kita bahkan tidak punya pilihan lain!”

“Selalu itu yang Ayah katakan! Ayah membuatku seolah hanya memiliki satu pilihan! Harus menuruti yang Ayah mau!”

“Nyatanya kita memang tidak punya pilihan!”

“Bohong! Ayah membohongi kami! Aku tahu paman Hector ingin membantu Ayah tapi Ayah menolaknya!”

“Kau–bertemu Hector?”

Air mata gadis itu mulai meluap. “Ya! Aku tahu kesempatan yang ayah lewati. Kalau saja Ayah menerimanya, aku tidak perlu ikut memaksa Ken agar dia mau diadopsi bibi Molly yang ternyata hanya ingin menjadikannya tumbal! Semua sudah jelas! Ini hanya untuk kepentingan Ayah, bukan kami!”

 “JAGA BICARAMU!”

“INI BUKAN LAGI SOAL BEBAN HUTANG AYAH, TAPI INI TENTANG KESERAKAHAN AYAH!”

“ANAK KURANG AJAR!” 

Lihat selengkapnya