“Aku mau mundur saja Soa. Kalau kau ingin tetap maju, biar aku tunggu di sana saja,” tunjuk Hanna ke arah tepi.
“Bukankah kau sangat ingin berfoto dengannya?”
“Tapi aku lelah kalau harus antre begini.”
“Baiklah. Sepertinya aku ikut denganmu saja, kita tunggu Dori di sana.”
Soa dan Hanna pun melangkah menepi dari antrean. Tepat di saat mereka tiba di titik tujuan untuk menunggu. Terdengar teriakan para gadis memanggil-manggil nama Ivander Azura. “Ivander ....” Suara mereka begitu ramai, semakin terdengar di dekat kedua gadis itu menunggu.
“Ada apa dengan mereka? Kenapa mereka menjerit?” gumam Hanna.
Soa mengangkat bahunya sama sekali tak memahami.
Hingga kerumunan itu memecah. Sebuah kesempatan terbuka tepat di hadapan Hanna dan Soa. Petugas berjaga memasang badan untuk membuka jalan. Lalu muncul sosok yang mereka nantikan. “Soa, itu kan!” Hanna tak dapat melanjutkan ucapannya. Sang bintang muncul dengan penuh percaya diri, dan tanpa diduga berjalan menghampirinya dan Soa.
“Maukah kalian berfoto denganku?” Ivander mengurai senyum sambil meminta.
“A-apa katamu?” Hanna merasa lidahnya kelu.
Soa tidak ingin membuang-buang waktu. “Tentu, kami sangat ingin berfoto denganmu.”
Langsung saja mereka bertiga bergaya. Mengambil beberapa foto untuk dijadikan koleksi pribadi atau dipamer di sosial media. “Soa ... Hanna ...,” terdengar suara Dori memanggil. Wajahnya sudah sangat memelas ingin sekali diajak bergabung.
Soa paham betul raut muka itu. “Bolehkah aku mengajak temanku satu lagi?” pinta Soa dengan sopan kepada Ivander.
Ivander langsung mengangguk. “Ayo, kita lakukan dengan cepat.”