Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #93

Bimbang | 93

Di ruang senyap Soa kembali terjebak. Sekelilingnya gelap, sendirian dan tak ada para kunang-kunang. Hanya satu cahaya yang bisa ia tangkap, cahaya menyorot di ujung penglihatan.

Gadis itu berjalan mendekat, ragu langkahnya menunjukkan hati yang berat. Tampak dengan jelas, ada sebuah cermin yang berdiri di tengahnya.

“Cermin?” begitu batin Soa bertanya-tanya sendiri.

Soa tidak berminat mematut diri di depan benda itu. Namun dorongan dari hatinya begitu kuat membisikkan, untuk teguh pada langkahnya berjalan searah mendekati cermin misterius yang setinggi badannya.

“Untuk apa cermin ini?” tanyanya kembali kala ia telah berdiri di depannya.

Perlahan pantulan dirinya semakin kabur. Begitu kagetnya Soa kala beling yang padat itu menunjukkan gelombang di luar nalar.

Sekelebat kemudian seorang pria muncul di dalamnya. Soa tersentak, kehadiran pria dengan setelan jas itu berdiri membelakanginya masih enggan menunjukkan wajah.

Pandangan Soa menyorot serius. Rambut abu-abu pria itu sungguh tak asing baginya.

“Si–siapa kau?” Soa bertanya cemas.

Seketika pria itu membalikkan badan, dan betapa kagetnya Soa karena pria yang membuat dirinya penasaran adalah Sancho Jorell.

Sudut bibir pria itu tersungging, sorot matanya tajam menindas. Dengan suaranya yang berat lantas ia berkata.

“Aku adalah dirimu. Dan kau adalah aku!”

Mata Soa langsung terbuka lebar. Jantungnya seakan ditusuk oleh ribuan pedang.

“TIDAAAAAKKKK.”

Jeritan gadis itu memuncak. Ia mundur terperenyak kehilangan keseimbangan. Sementara Sancho begitu puas menertawakannya.

“TIDAAAAKKKKKKKKK.”

***

Seperti yang telah direncanakan waktu lalu, Gensi dan Edzard menjemput Soa di rumah sepulang dari mereka mengawasi restoran. Mereka berdua memilih untuk tidak turun dari mobil. Menunggu kemunculan adik-adiknya di depan rumah tanpa ingin saling banyak bicara.

Gensi sedang diliput resah. Ada kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi di acara makan malam ini. “Tenanglah, semua akan berjalan baik-baik saja,” Edzard yang tahu betul perasaan istrinya mencoba menenangkan.

Lihat selengkapnya