Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #98

Karma | 98

Bergerak Soa melepaskan pelukannya dan menyorot mata sang malaikat penuh kesungguhan.

“Kau bilang saat itu, bahwa aku memiliki dua pilihan. Lari atau menemukan pengganti Ken. Aku sudah mendapatkan Ken, aku sudah berusaha menggantikan posisinya. Ini kesempatan yang bagus untuk kami lari. Aku tidak sanggup kalau harus menikah dengan orang asing itu dan menjadi bagian dari keluarga Jorell.”

Malaikat itu masih tertegun menyimak.

“Tolong bantu aku Andel. Hanya kau yang tahu bagaimana cara aku menghilang dari keluarga Jorell, dan kumohon jagalah sahabat-sahabatku agar mereka tidak menjadi korban karenaku.”

Andel masih menutup mulutnya rapat-rapat.

“Aku tidak punya waktu banyak. Aku mohon bebaskan aku sekarang!” gadis itu terus memohon kepada makhluk di depannya.

“Sayangnya itu tidak seperti yang kau lihat, Soa.”

Soa terkesiap dengan ucapan Andel yang tak terduga. “Apa maksudmu?”

“Pilihan itu sebetulnya tidak ada. Aku ditugaskan langit untuk seolah memberi pilihan kepadamu, agar kami bisa melihat wujud kasih sayang yang tumbuh dari dalam hatimu. Agar kami bisa melihat, sejauh mana pengorbananmu untuk orang lain. Akan tetapi... kalau pun saat itu kau memilih lari, entah bagaimana takdir bekerja, kau tetap akan berjodoh dengan keluarga Jorell. Kau harus melewati takdirmu bersama mereka.”

“Apa?! Tapi kenapa?!” Soa sungguh tak percaya.

“Karma."

“Karma?!”

“Kau bisa sembunyi dari pandangan mata manusia. Tetapi kau tidak akan bisa sembunyi dari keadilan Tuhan.”

“Keadilan katamu?!”

“Berlarilah sejauh yang kau inginkan, akan tetapi pada akhirnya kau tetap akan dipertemukan kembali menuju jalan penebusan. Pelarian hanya akan semakin menyiksa dirimu.” 

Soa merasa begitu sulit memahami. “Ta–tapi. Kalaulah ini akibat dari sebab yang kutanam di kehidupan pertamaku. Apa yang sudah kulakukan, Andel?! Kenapa nasibku sama seperti disaat aku menjadi Molek?! Kenapa ini seperti berulang?! Kenapa penderitaan kami sama?! Apa ini yang kau sebut keadilan?!”

Andel menghela nafas panjang. “Kau sama sekali tidak memahaminya?”

Malaikat itu terus membuat pikiran Soa bekerja keras. Kebingungan gadis itu mencari jawaban. Setelah urusan soal hutang, tidak lama lagi setelah pertunangan ini, ia harus menikah dengan pria yang tak dikenal.

Soa menutupi kedua wajahnya, batinnya meronta bertanya, sepahit inikah yang disebut hukum karma? Penebusan atas segala apa yang ia tanam? Namun Soa merasa ini bukanlah hukuman yang ia pahami? Apa kesalahannya? Di kehidupan pertama ia menjadi korban lalu di kehidupan kedua pun ia tetap menjadi korban.

“Kesalahan apa yang aku lakukan di kehidupan pertamaku, Andel? Katakanlah,” gadis itu lemah menyerah.

Lihat selengkapnya