“Apa sejak tadi kau mengikutiku?!” Soa langsung memberi serangannya. Membuat Daniel pun seketika gelagapan, mendadak hilang akal harus menjawab apa. Bagi Daniel kejujuran hanya akan membuat dirinya terkena luapan amarah.
“A – aaa....”
“Jangan coba-coba mencari alasan! Katakanlah, apa Tuanmu yang menyuruhmu untuk mengawasiku?!” selidik Soa, mulai terpancing kesal.
Daniel tak dapat menemukan alasan lain. Ia membulatkan tekad, siap kalau bos barunya akan menelannya hidup-hidup. Ia jadi menyesali, kalau saja ia tidak panik mencari-cari Soa, mungkin ia bisa saja menemukan gadis itu tanpa harus ketahuan.
“I – iya, Nona. Tuan Kalevi meminta saya mengawasi dan menjaga Anda.”
“Hah! Memang dia pikir dia siapa?!” kesal Soa dengan nada tinggi.
Arandra menggaruk-garuk kepalanya, nama Kalevi terdengar tidak asing. Bertanya-tanya dalam hati apa hubungan pria itu dengan Soa.
Daniel berusaha menelan ludahnya baik-baik. “A – apa Nona lupa, kalau dia tunangan Nona?” jawabnya polos.
“Apa! Kau sudah tunangan?!” ganti kini Arandra yang bersuara tinggi.
“Terpaksa!” jawab ketus Soa, tak peduli lagi Daniel ada di depannya.
“Maksud, Nona?” Daniel yang kebingungan bertanya lagi. Jawaban Soa sama sekali tak menyambung buat menjawab pertanyaannya.
“Bukan urusanmu, Daniel!” balas Soa, kini mengarah pada sopir lugu itu.
“Kenapa kau tidak memberitahuku?! Siapa pria itu?! Apa dia lebih tampan dariku?!” Arandra bertubi-tubi bertanya.
Soa yang merasa lelah untuk menjelaskan hanya menjawab dengan helaan nafas panjang.
Seketika handphone Daniel berbunyi. Buru-buru sang sopir mengangkatnya.
“Ya, Tuan. Saya sedang bersama Nona Soa.” Setelah jawaban singkat itu, Daniel lantas memberikan telepon genggamnya kepada Soa, agar Kalevi dapat bicara dengannya. “Tuan ingin bicara dengan Anda, Nona.”
Secepat kilat Soa merampas telepon genggam Daniel, membuat pria itu kaget tak mampu berbuat apa-apa.
“HENTIKAN SEMUA INI!” baru saja handphone itu menempel di telinga Soa, langsung saja ia berbicara lantang tak kuasa menahan amarahnya.
Arandra dan Daniel seketika dibuat seperti kucing kedinginan, mendadak ngeri pada gadis yang darahnya sedang mendidih itu.
“Aku tidak akan menghentikannya,” Kalevi yang sedang bersandar di tepi balkon kamarnya, lebih memilih bersikap santai menghadapi Soa. “Kau kan tunanganku. Sudah sewajarnya aku memberimu fasilitas.”