“Percuma jika kau bersembunyi."
Mata Soa langsung terbuka lebar, suara itu ia kenal betul. Suara seorang pria dewasa yang kehadirannya tidak pernah ia harapkan sama sekali.
Detak jantung gadis itu berdegup cepat, ingin rasanya ia meluncur dengan roket berkecepatan tinggi ke luar planet bumi. Menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan Alien, dan kembali lagi ke bumi dikala pria di depannya telah renta dan kehilangan sebagian besar memorinya.
“Mau sampai kapan kau menutup wajahmu dengan menu itu?” Kalevi melanjutkan dengan sikapnya yang berwibawa.
Pelan-pelan Soa menurunkan menu itu dari wajahnya. Tampak Zoe, Hanna, dan Dori sedang terkesima. Ia pun menoleh ke sekeliling, seisi kafe memberi raut yang sama seperti mereka bertiga, dan yang terakhir ia memberanikan diri menatap Kalevi. Dilihatnya pria itu bersilang tangan dan penuh saksama menyorotkan mata ke arahnya.
Soa menarik nafasnya dalam-dalam. Berusaha bersikap tenang dan ingin tetap terlihat santai enggan terlihat sedang menghindar.
“Oh, kau Tuan Kalevi. Apa kabar?” Soa memberikan senyum lebar.
Kalevi malah mengernyit bingung. “Untuk apa kau bersikap seolah aku bukan tunanganmu?” sontak saja ucapan Kalevi membuat seisi ruang kafe terkejut. Terutama Zoe, Hanna, dan sudah pasti Dori.
Pandangan Dori tegas ke arah Soa. “Ja – jadi dia...”
“Maaf. Kupikir kalian tidak mengenalnya,” bisik Soa meringis menyesal.
“Jadi di sini tempat kalian terbiasa bertemu.” Kalevi memperhatikan setiap bagian kafe itu. Ia betul-betul tak merasa risi sedang menjadi pusat perhatian. Berbeda sekali dengan Soa yang tak nyaman karena semua mata tertuju padanya. “Jadi aku akan menikah dengan perempuan yang tidak memiliki selera tinggi."
Soa amat tidak suka dengan kalimat terakhir Kalevi. “Apa maksudmu bilang begitu?!” ucapnya sambil bangkit berdiri.
“Memang begitu kenyataan. Kafe ini kuno dan sama sekali tidak mewah.”
“Biarpun kafe ini kalah mewah dengan kafe yang biasa kau datangi, tapi menu-menu di sini tidak kalah enak dengan menu kafe mewah mana pun!”
Hanna dan Dori mengangguk-angguk setuju dengan ucapan Soa.
“Memang kafe mewah mana yang sudah kaudatangi? Sehingga kau merasa bisa melakukan perbandingan.” tukas Kalevi langsung mematikan pembelaan Soa.
“Hah?” gadis itu langsung merasa mati kutu. Seumur hidup ia tidak pernah mendatangi kafe ataupun restoran mewah di negaranya sendiri. Melirik ia ke arah Dori dan Hanna, namun mereka hanya bisa menunduk tak ingin ikut-ikutan.
“Jangan bersikap sombong kalau kau tidak punya modal!” libas Kalevi. Pria itu lantas memalingkan muka dari Soa, menunggu sejenak pemilik kafe menghampirinya.
“Ya, Tuan Kalevi,” ucap Paman Mark seolah sudah paham dengan bahasa tubuh Kalevi barusan. Pemilik kafe itu berbicara dengan agak membungkuk, mengejutkan Soa bahwa Kalevi sangat dihormati olehnya.
“Aku akan menanamkan modalku di kafe ini. Buat kafe ini menjadi mewah dan laporkan hasilnya padaku.”
Semua orang tercengang mendengar perkataan Kalevi. Terutama Paman Mark.