Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #105

Pamrih | 105

“Kenapa Anda tidak lakukan saja konferensi pers sendiri?!” Soa tak tahan lagi menahan protesnya ketika ia sudah berada di dalam mobil bersama Kalevi. Duduk di sebelah pria itu sama sekali tidak membuat perasaannya nyaman.

Kalevi balas menoleh dengan tatapan dingin kepada Soa. “Jangan banyak tanya. Apa kau pikir aku menginginkan hal ini."

Tertegun Soa dibuat olehnya. Dari ucapan Kalevi, Soa bisa menangkap bahwa Kalevi juga tidak menginginkan perjodohan mereka.

“Menurut saja jika kau tidak ingin terkena masalah,” tandas Kalevi.

Meski agak ragu, namun Soa tetap memberanikan diri bertanya. “Kau... tidak menginginkan perjodohan ini?"

Kalevi mendengus sinis. “Tentu saja. Aku tidak merasa beruntung dijodohkan oleh gadis sombong sepertimu.” ketusnya sambil tetap memaku pandangan ke luar jendela mobil.

“Apa! Kau bilang aku sombong!” suara Soa langsung meninggi. “Apa kau tidak periksa diri dulu sebelum memberi label kepada orang lain?!”

Kalevi langsung menoleh dengan wajah masam ke arah Soa.

“Mengacalah, Tuan Besar!” ejek Soa blak-blakan.

Kalevi terdiam sesaat. Hingga kemudian desahan sinisnya kembali muncul. “Berarti kita memang tidak cocok.”

“Sepakat!"

“Kalau begitu kau pergilah, dan tinggalkan perjodohan ini.” 

“Eh?”

Disaat yang sama, mobil yang mereka naiki harus berhenti di lampu merah. 

“Situasinya sudah sangat mendukung jika kau ingin keluar sekarang dari mobilku. Aku akan dengan senang hati membiarkanmu.”

Soa merasa Kalevi sudah sangat memberinya kesempatan untuk menghilang dari pandangan Molly. Akan tetapi ia masih dirundung kesulitan untuk mengambil kesempatan itu. Konsekuensi dari pelariannya pastilah sangat berat untuk ia hadapi.

“Tidak mau!” tegas Soa.

“Kenapa?! Untuk melindungi adikmu?! Ha! Omong kosong.”

Sorot mata Soa begitu berapi menatap Kalevi. “Lagi-lagi kau merendahkanku!”

“Jangan munafik!” Kalevi tersenyum mengejek. “Setelah apa yang akan kau dapatkan sebentar lagi, kau akan melupakan soal adikmu.”

“Apa maksudmu?!”

“Aku hafal betul dengan mereka yang merasa berkorban untuk keluarganya termasuk dirimu. Kalian tidak sungguh-sungguh berkorban. Kalian hanya sudah menemukan alasan untuk mendapatkan keuntungan, yang pada akhirnya diri kalian sendirilah yang memperoleh bagian paling besar. Kau tidak usah bersikap lugu. Selangkah lagi kau akan sadar bahwa adikmu hanyalah batu lompatan yang kau injak-injak.”

“Jadi kau pikir hartamu akan mengubah pikiranku?!”

“Aku hanya sedang mengungkapkan kenyataan.”

“Tidak seharusnya kau menyamakan aku dengan mereka!”

“Oh, ya? Kita lihat saja nanti.”

Lihat selengkapnya