Soa keluar dari pintu rumahnya. Wajahnya langsung kesilauan menatap matahari siang yang bersinar kuat. Sempat ia menguap, ingin sekali mengambil waktu tidur siang di atas ranjangnya. Sayang hal itu tidak bisa ia lakukan, karena Gensi bilang sopir akan menjemput dan mengantarnya ke restoran yang kedua.
“Selamat siang, Nona Soa.”
Begitu tersentaknya Soa, kala tahu Daniel sudah ada di depan pagar rumahnya. “Kau?!”
Soal lantas melirik ke mobil yang Daniel kendarai. Mobil sedan hitam yang sama masih bertengger di dekat pria itu. “Kau masih bekerja sebagai sopir?” tanya Soa.
“Tentu, Nona.”
“Oh! Kukira kau sudah dipecat.”
Daniel menarik nafasnya, dalam hati jengkel mengingat kejadian malam itu. Kalevi memang marah dan hampir saja memecatnya.
“Tidak, Nona. Tuan masih mau memperkerjakan saya,” jawabnya dengan senyum terpaksa.
“Kalevi?”
“Ya, Tuan Kalevi.”
“Oh! Kukira kau sudah berganti majikan.”
Daniel menarik nafas dalam lagi. “Tidak, Nona,” lanjutnya menahan jengkel.
Soa tersengguk-sengguk, menatap Daniel dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Baiklah, kau bisa pergi sekarang. Aku sedang ada urusan.”
Baru saja Soa ingin bergegas pergi Daniel langsung mencegatnya.
“Nona, saya diminta oleh Nyonya Gensi untuk menjemput Anda,” katanya cepat.
Mata Soa menyelidik. “Ho... jadi Tuanmu dan kakakku sudah kompak sekarang!”
Daniel memasang muka bingung. “Untuk soal itu saya tidak paham, Nona.”
Soa mendesah, tak paham juga apa maksud Gensi sebetulnya memakai jasa sopir Kalevi.
“Saya mohon, Nona. Ikutlah dengan saya agar saya tidak terkena masalah lagi.”
“Kau masih berani denganku!”
“Ti – tidak, Nona. Hanya saja... saya mohon pengertian Nona agar tidak membiarkan saya dipecat. Dan lagi... bukankah Nona sekarang sudah terkenal?”
Soa menyilangkan tangannya, matanya tak tentu arah dan dahinya mengerut menimbang-nimbang penuh saksama.
Untuk sesaat Soa lihat raut muka Daniel yang tampak memelas. Mengakibatkan rasa tidak tega tiba-tiba saja meluncur ke dalam hatinya. Soa merasa aneh, kenapa rasa ibanya kali ini lebih terasa dari sebelumnya?
“Kalau soal terkenal, aku bisa naik taksi,” ujar Soa membuat Daniel tertunduk kehilangan harapan. “Tapi baiklah!"
Daniel langsung mengangkat wajahnya. Matanya terbelalak menunggu kalimat kepastian selanjutnya.
“Antar aku sekarang ke restoran.”
Seketika Daniel langsung bersemangat. “Terima kasih, Nona. Terima kasih!” Dan segera saja ia berlari membukakan pintu mobil untuk majikan barunya.