Sepulang dari restoran, Soa meminta Daniel untuk mengantarkannya ke taman tempat Arandra berada lebih dulu. Dengan alasan ingin menikmati suasana alam di taman sambil membaca beberapa artikel lewat gadgetnya, Daniel pun menuruti apa yang diperintahkan oleh Soa.
Sebetulnya tujuan Soa hanya satu, tentu saja menjumpai Arandra. Akan tetapi ia juga tidak mungkin menjelaskan hal itu pada Daniel.
“Tunggu saja di mobil sampai aku kembali,” begitu wanti-wanti Soa kepada sopir barunya.
Sesampainya di taman. Soa mengambil duduk di salah satu kursi tempat biasa ia menunggu. Suasana sore itu juga belum terlalu ramai, jadi aman untuk Soa berbicara dengan Arandra walau ia lagi-lagi harus bersedia menempelkan handphone di telinganya agar terlihat sedang menelepon.
“Astaga! Hari ini sudah dua kali aku tidak sengaja bertemu teman,” begitu ungkapan terkejut Soa di dalam hati, ketika Shane datang tiba-tiba dan menyapanya.
“Aku sedang menunggu teman,” lagi-lagi alasan itu yang Soa katakan ketika Shane bertanya apa yang sedang ia lakukan. Namun saat ia berkata hal seperti itu, Arandra justru muncul dan sempat mendengarnya.
“Apa kau bilang?! 150 tahun aku menunggumu terlahir kembali dan kau hanya menganggapku teman?!” protes Arandra.
Spontan Soa langsung menempelkan handphone di telinganya. “Apa kau punya jawaban yang lebih baik dari itu?!” sewotnya tak mau kalah.
Arandra akhirnya kebingungan sendiri. Memang tak ada alasan yang tepat untuk Soa berikan kepada Shane.
“Huh! Baiklah-baiklah,” ujar Arandra tampak semakin kesal. “Besok-besok jika kau bertemu dia lagi di sini –“ ucapan Arandra sejenak terputus.
“Apa?!”
“Huf! Katakan saja kau sedang menunggu kakekmu.”
Sontak saja Soa terbahak-bahak sendiri. Membuat Shane di sebelahnya bengong sama sekali tak mengerti apa yang membuat Soa tertawa lewat sambungan telepon itu.
Arandra memperhatikan Shane penuh saksama. Ia mulai merasa ini adalah kesempatannya untuk melakukan hal gila. Sekarang ia paham kenapa frekuensi dirinya bisa cocok dengan lelaki itu. Ada kemiripan di antara mereka, yaitu mereka sama-sama memiliki rasa suka terhadap Soa.
“Soa, soal pertunangan itu,” Shane membahas. “Aku ingin mengucapkan se – “ namun perkataan Shane tiba-tiba saja terputus.
Ruh Arandra yang memasuki tubuhnya membuat pemilik badan tegak itu bereaksi seperti orang kesetrum.
“Shane!” Soa memanggilnya panik seraya bangkit berdiri. “Arandra apa yang kau lakukan?!”