Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #115

Arah Hati | 115

Malam yang hanyut semakin jauh sama sekali tak memiliki kekuatan untuk menyelimuti Soa ke dalam lelapnya. Mata gadis itu masih sigap terbuka. Terpasung Arandra di benaknya. Bagaimana pertemuan terakhir mereka membuahkan pilu yang mengecewakan.

Kini Soa harus menelan kenyataan, disaat Arandra memiliki kekuatan untuk merasuki siapa pun yang ia mau, hal itu tidak sejalan dengan kepopuleran Soa yang kini sudah menjadi jubahnya.

Dengan rasa keterpaksaan Soa meminta Arandra untuk menghentikan itu semua. Ia tak ingin ada lagi seseorang yang terluka hanya karena pertemuan kencan mereka. Pada akhirnya ia sadar, bahwa egonya bukanlah raja yang menguasai situasi yang menghampiri. Jika ia tetap menjadikannya penguasa, kecelakaan lebih besar pastilah mencengkeramnya.

“Baiklah, jika itu yang kau mau.”

Arandra yang tak menemukan pula jalan temu akhirnya pun setuju untuk tidak lagi menggunakan tubuh Shane atau siapa pun untuk menjumpai Soa.

Soa lega, tetapi juga kecewa. Ia senang Arandra dapat memahami keputusannya. Namun di lain sisi, ia juga sadar tak bisa lagi merasa suka cita sepenuhnya bila berdampingan dengan Arandra.

Soa menghela nafasnya dalam-dalam. Mencari-cari jawaban dengan mata memandangi langit-langit kamar di atas tempatnya merebah. Ia berharap masih dapat menemukan cara untuk dapat bersama Arandra seperti pasangan manusia lainnya.

“Atau aku biarkan diriku dipandang gila saja untuk selamanya?” begitu pikiran nakalnya menggoda.

Tanpa Soa menyadarinya. Andel sedang terduduk di tepi jendela kamarnya yang terbuka. Sikap santainya tak terlihat siapa pun terutama Soa. Dengan gaun malaikatnya, ia memandangi bintang-bintang di langit malam, seraya menyelami keadaan yang mendesaknya untuk segera bertindak. Tetapi ia tak tahu, apa yang harus ia lakukan?

“Kemana sebetulnya kau akan mengakhiri jiwamu Soa?” begitu Andel bertanya-tanya sendiri.

Andel senang Soa dapat menghentikan Arandra untuk menghentikan perbuatannya yang memanfaatkan tubuh Shane. Akan tetapi ia juga masih belum mengerti, kenapa kesulitan keadaan ini tidak juga membuat Soa mau jujur kepada hantu itu, dan menyelesaikan misi mereka. Justru – Soa malah masih saja berpikir keras menemukan cara untuk mereka bisa bersama.

Malaikat itu menyayangkan. Kalaulah saja ia dan Soa bisa saling bicara tanpa kendala hasrat terpendam dari gadis itu yang menginginkan Arandra, pastilah ia akan menemukan lebih cepat jawabannya. Namun Soa masih ingin larut dengan perasaannya. Hingga misi ini terpaksa terbengkalai dan belum menemukan ujung. 

Seharusnya Soa dan Arandra sudah menjadi sepasang pahlawan dunia, membebaskan jiwa-jiwa yang terbelenggu dan melanjutkan hidup mereka ke arah bahagia baru. Bukan malah terpatri pada dunia ini dan menggenggam erat-erat cintanya pada Arandra hanya untuk kepentingannya sendiri.

“Kau betul-betul manusia yang sulit kuprediksi, Soa!” lagi-lagi Andel berkata seorang diri. Mungkin tepat juga jika itu disebut sebagai sebuah keluhan.


***

Hari itu Soa memutuskan untuk menemui Shane dan Dori lagi. Ia ingin hubungan mereka membaik. Dari informasi yang disampaikan Zoe, ia tahu bahwa Shane masih di rawat di rumah sakit dan Dori juga sedang menjaganya. Soa pun akhirnya berniat menemui mereka di sana.

Lihat selengkapnya