Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #118

Tampan | 118

‘Tap’ – namun kecepatannya begitu lemah sehingga Kalevi dapat menangkapnya sebelum dagunya terluka. Terlebih, pria itu juga jauh lebih kuat.

“Ini yang kau sebut jago karate?” Kalevi menggenggam kencang kepalan Soa, lalu merambatkan jemarinya ke arah pergelangan tangan gadis itu.

“Lepas!” Soa berusaha menarik tangannya kembali.

Namun Kalevi sama sekali tak terpengaruh. Ia justru semakin berani mendekatkan wajahnya pada wajah Soa. Membuat gadis itu tak berkutik, terpaku membisu dan untuk pertama kalinya wajah mereka saling dekat.

Untuk beberapa saat mata mereka lekat di waktu yang sama. 

Kalevi ingat betul bagaimana mata bulat itu tak sedetik pun meninggalkan sorot tatapannya. Mata yang indah dengan rambut-rambut kecil yang lentik. Mengetuk hatinya untuk masuk lebih dalam menemukan sesuatu.

Kalevi sempat merasa aneh, kenapa mata itu terasa sedang memanggilnya untuk berada di tempat yang sama membawa harapan baru. Harapan yang dapat membuat siapa saja keluar dari kesedihan membelenggu. Sayangnya Kalevi tak mengerti, seperti apa wujud harapan itu?

Hingga ia memilih menghentikan pikirannya lalu kemudian tersenyum sinis. “Sebegitu terpesonanyakah dirimu?”

“Hah?”

“Kau sama saja dengan gadis lain yang mudah kutaklukkan.

“Apa katamu!”

“Kau bukan tipeku, Gadis Berisik!” Kalevi langsung mendorong lengan Soa hingga membuat gadis itu jatuh terduduk di sofa.

“Aw!” Keluh Soa yang terperenyak. Ia pegangi pergelangan tangannya yang memerah seraya menatap kesal Kalevi yang terduduk di depannya dengan satu kaki terangkat santai. Tak terlihat sedikit pun pria itu merasa bersalah.

“Kau juga bukan tipeku! Aku tidak tertarik dengan pria yang terlalu percaya diri sepertimu!”

“Benarkah? Lalu kenapa kau bergeming saat wajahku mendekatimu? Aku melihat betul bahwa tatapanmu sama dengan gadis-gadis di luar sana yang mudah diluluhkan oleh sebuah ketampanan.”

“Ya ampun! Kepercayaan dirimu betul-betul melebihiku!”

Kalevi melengos tak mengindahkan ucapan Soa.

“Baiklah, anggap saja dugaanmu benar. Jadi aku merasa perlu mengatakan ini,

“Perlu kau tahu, Tuan. Kami para gadis sama saja seperti banyak lelaki. Kami manusia yang menyukai keindahan. Bisa saja kami terpaku pada ketampanan seseorang, itu sangat memanjakan mata kami. Tetapi bukan berarti kami mudah dirayu dan dikemudi. Kami tetaplah manusia yang punya kendali, bukan makhluk yang berubah menjadi sapi yang patuh sekalipun ketampanan itu sangat menyihir!

“Jadi jangan terlalu percaya diri jika kau merasa dirimu sangat tampan! Kami hanya tersihir sesaat, dan setelahnya kami akan melupakan itu. Kami akan kembali sibuk pada cinta kami, yang sudah tentu jauh lebih berarti dari keindahan yang kau miliki.”

Kalevi mengangguk-angguk menunjukkan bahwa ia memahami ucapan Soa. “Kau pandai merangkai kata. Mari kita lihat, apa pada akhirnya kau bisa mempraktikkan ucapanmu.”

Dahi Soa langsung mengerut lalu membuang muka dari Kalevi. Membuat Kalevi penasaran, apa yang terpikirkan oleh gadis itu setelah mendengar perkataannya.

“Siapa dia?” namun perhatian Soa tiba-tiba saja teralih.

Kalevi turut mengarahkan matanya, tertuju pada pusat hal yang Soa pertanyakan. Ia dapati sebuah bingkai putih terduduk di atas meja sudut ruang, menunjukkan foto dirinya bersama Megha.

Lihat selengkapnya