“Ya ampun. Kalian betul-betul punya hak istimewa untuk melakukan hal itu.”
“Ya. Semudah membalikkan telapak tangan kami.”
“Hem... sebentar-sebentar,” raut muka Soa menunjukkan bahwa masih ada hal yang mengganjal hatinya. “Dengan begitu banyak kemudahan yang kalian punya. Apa kau yakin akan meninggalkan keluargamu dan hidup bersama dengan Megha? Kau tidak takut kehilangan itu semua?”
Entah kenapa Kalevi merasa pertanyaan itu menyedihkan untuknya.
“Aku – memang takut kehilangan kemudahan itu semua,” ujar Kalevi akhirnya mengakui.
“Hah? Lalu?”
“Tetapi aku lebih takut lagi jika harus kehilangan Megha.”
Soa memberi tatapan dalam. “Wah, kau sungguh mengejutkanku. Kau terlihat baik di sini.”
“Kenapa sih?! Sebentar kau memujiku, lalu setelahnya kemudian kau membantingku.”
Gadis itu tertawa terbahak-bahak. Ini kali pertama Kalevi melihat Soa tertawa lepas begitu. Dan anehnya, tawa itu justru membuatnya merindukan Megha. Saat di mana mereka duduk bersama, membicarakan apa pun yang menarik perhatian mereka. Berdampingan dalam canda dan gelak yang selalu saja hadir menjadi bumbu.
***
Bayangan itu melesat. Bagaikan kelelawar yang menembus kegelapan. Gumpalan hitam itu memasuki kamar Soa, lewat jendela yang masih terbuka sementara pemiliknya telah terlelap jauh ke dasar dunia mimpi.
Seketika gumpalan hitam itu berubah. Menjadi sosok wanita bergaun hitam yang berdiri memandangi Soa dengan sorot mata menghunus tajam.
Ialah Sally, yang masih tidak ingin melepaskan Soa hingga ia mendapatkan Arndra.
“Lihatlah ini, Arandra. Aku bahkan telah berdiri di dekatnya, dan sangat mudah untuk menyakitinya,” Sally berujar bangga seorang diri. “Astaga! Dia bahkan terlihat sangat lemah. Hanya karena berasal dari masa lalu, bukan berarti dia bisa menandingi kekuatanku.”
Sally mulai merasa iseng. Pandangannya mengedar mulai perhatikan seisi kamar Soa. Melihat-lihat apa saja yang tersedia di kamar yang tak terlalu luas itu.
“Foto keluarga.” Ia tersenyum sinis saat melihatnya. Kaca bingkainya sudah pecah, Sally yakin penuh pasti itu karena amarah yang terjadi pada pemiliknya. “Kerakusan memang bisa memisahkan keluarga,” ucapnya lagi tersenyum puas.