Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #123

Hilang | 123

“Bicara soal hangat. Bagaimana dengan udara hangat itu? Aku selalu bisa merasakannya sebelum kau datang. Itu berasal darimu, kan?”

“Aku melakukan itu supaya kalian tidak terkejut.

“Dan ada makna lain juga di baliknya. Itu bukan sekedar sapaan biasa. Jika kau bisa merasakan tanda yang kukirimkan, itu berarti kau pun bersuka ria menyambutku.

“Sudah kubilang kan, ini tentang apa yang jauh di dalam diri kalian. Yang sulit dibayangkan dengan daya pikir. Sekalipun terucap kata mengelak, pikiran berontak, atau belum memahami maksud tanda itu, tapi jauh di dalam hati kalian, bagian itu tidak akan bisa berbohong bahwa kehadiranku sangat dinantikan.

“Di lain sisi, jika aku telah memberikan tanda namun pasienku sama sekali tidak merasakannya, bukan karena ia tidak memahami, tapi sungguh-sungguh karena memang ia tidak merasakan apa pun. Berarti pasienku tidak menyambutku lagi. Rasa menerimanya terhadap kehadiranku telah menghilang, ia sudah tidak membutuhkanku.

“Jika itu sampai terjadi, hal itu menjadi di luar kendaliku. Seberapa kuat pun aku mengirimkan sinyal, pasienku tetap tidak akan bisa menerima tandaku. Maka disaat itulah tugasku selesai di tengah jalan, dan aku berlepas diri darinya. Perpisahan terpaksa mewujud, karena alasan yang buruk.”

Perlahan Soa membuka matanya. Mimpi tentang kenangannya bersama Andel di kafe es krim lalu telah lenyap bagaikan gumpalan asap yang tertiup angin. Di hadapannya kini hanya ada langit-langit ruang berwarna putih, asing dan suhu ruangnya terasa sejuk.

“Kau sudah sadar."

Suara itu terasa jelas di arahkan untuk Soa. Gadis itu menggerakkan sedikit kepala lalu ia dapati Kalevi yang sedang menatapnya dengan raut cemas.

“Di mana aku?” lirih Soa.

“Di rumah sakit. Daniel bilang kau pingsan di taman.”

Soa ingat-ingat kembali apa yang terjadi padanya sebelum ia pingsan. Sekelebat memori terlintas di kepala. Gelegar petir, cahaya, dan hilangnya Andel berputar kembali di dalam pikirannya. Mimpi yang baru saja ia terima ikut menjadi jalan buatnya menyimpulkan situasi yang ia hadapi.

“Andel!!!” gadis itu terbangun dengan suaranya yang lantang.

“Soa, ada apa denganmu?” Kalevi ikut panik bangkit dari duduknya.

Tatapan Soa menunjukkan bingung. Ia memandang tak tentu arah. Nafasnya menderu tak beraturan.

Lihat selengkapnya