“Bukan saatnya terpesona pada ketampananku sekarang,” bisik Kalevi menyadari bahwa sejak tadi Soa memperhatikannya.
Soa langsung membuang muka. Ia merasa bodoh karena bisa ketahuan. Sekaligus enek dengan kepercayaan diri pria di sampingnya yang begitu besar.
Pria tambun itu mengaku bahwa ia adalah teman dekat Kalevi. Mereka sering latihan menembak bersama. Ia bahkan sempat mengatakan bahwa Soa begitu beruntung bisa menikah dengannya. Kalevi orang yang baik dan sangat peduli pada sekitar. Dia juga bukan tipe pria yang suka mempermainkan hati para gadis. Mendengar hal itu Soa hanya mengangguk-angguk tersenyum dengan perasaan setengah percaya.
Tak lama kemudian, puas memuji Kalevi yang justru terkesan menjilat, pria itu langsung menarik diri dari hadapan mereka bersama teman wanitanya. Sempat Soa berujar kala pria itu telah menghilang dan bergabung dengan tamu undangan yang lain.
“Jadi kau juga punya sahabat.”
“Aku tidak yakin,” singkat Kalevi.
“Kenapa begitu? Kalian sudah banyak menghabiskan waktu bersama.”
“Hem... aku sudah tahu identitas pria itu selama sepuluh tahun. Dan seingatku kami hanya bertemu setahun sekali. Bahkan kami tidak pernah saling berkomunikasi lewat telepon setelahnya.”
“Heh? Jadi begitu. Setahun sekali dia bilang sering! Kenapa dia terkesan sangat dekat denganmu?”
“Akan baik bagi perusahaannya jika ia tetap bersikap manis begitu. Dia adalah salah satu teman yang bisa kubeli.”
Soa melongo mendengar penegasan Kalevi. “Apa teman yang seperti itu banyak kau punya?”
“Hampir semua yang ada di sini.”
Soa mengedarkan pandangannya. Ramai memang. Ribuan tamu datang dengan gaya berpakaian perlente untuk menunjukkan diri mereka pada Kalevi dan keluarga besarnya.
“Sama sekali tak punya sahabat sesungguhnya?” tanya Soa lagi.
Kalevi terdiam sejenak memikirkan jawaban yang tepat. Terlintas sebuah ingatan di kepalanya tentang apa yang dimaknai Soa tentang sahabat di dalam hidup gadis itu. Maka makna yang diungkapkan Soa pun akhirnya membawa Kalevi pada keyakinan untuk memberi jawaban,
“Ada.”
“Hem? Siapa?”
“Kesendirian dan Megha.”