Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #129

Klub Jorell | 129

Malam itu adalah pertemuan penting bagi para anggota klub Jorell. Pertemuan itu dihadiri oleh 300 undangan, terdiri dari para petinggi yang mengisi jabatan struktur organisasi Klub Jorell, senior, dan anggota baru yang dianggap punya pengaruh paling besar dalam lingkaran pertemanan mereka di antara anggota baru lainnya. Mereka yang datang harus berpakaian resmi dan menggunakan warna hitam sebagai simbol pertemuan sembunyi.

“Apa aku bisa menjumpai semua anggota klub Jorell?” Soa sempat bertanya dalam perjalanannya kepada Kalevi.

“Tidak semua. Gedung Grazian tidak cukup untuk menampung mereka,” jawab Kalevi dari balik kemudinya. Sengaja ia menyopir mobilnya sendiri.

“Lalu seperti apa acara itu?”

“Hem... menurutku tidak ada yang istimewa. Hanya sedikit sambutan ramah, mendengar pidato yang meyakinkan dari kakakku, lalu menikmati makan malam.”

“Benarkah? Tidak ada ritual minum darah aborsi?”

“Ha? Astaga! Bagaimana kau bisa berpikiran begitu?”

“Aku pernah mendengar, kalau darah perawan dan aborsi menjadi sesuatu yang diinginkan keluarga Jorell sebagai salah satu syarat ritual penumbalan.”

Kalevi meringis mual. “Itu terkesan menjijikkan. Apa kau pikir kami tidak punya jus buah untuk diminum?”

“Mana kutahu. Rumor yang beredar seperti itu."

“Kurasa publik salah paham.”

“Salah paham bagaimana?”

“Hem, begini. Mereka yang dijadikan tumbal memang lebih banyak berasal dari kalangan gadis yang masih polos, karena mereka sangat mudah dipengaruhi dan dikendalikan. Sementara untuk darah aborsi itu... 

“Aku yakin itu berasal dari para gadis yang hamil di luar nikah. Mereka tidak tahu, harus bagaimana bertanggung jawab atas kesalahan yang mereka buat. Mereka kehilangan arah, tertekan menghadapi kenyataan dan ketakutan menghadapi gunjingan orang-orang. Lalu tepat disaat itulah mereka menjadi sasaran empuk untuk dijadikan tumbal.”

“Ho... jadi begitu.”

“Ya. Entah bagaimana pada akhirnya berita yang beredar seolah mengatakan bahwa kami penggemar darah sungguhan seperti vampir.”

Soa mengangguk-angguk memahami.

Selang 30 menit kemudian, mereka sudah tiba di acara pertemuan itu. Lantas dengan elegannya mereka berjalan dan langsung duduk di salah satu meja bulat yang sudah disediakan. Soa tak bosan memasang mata. Ia amati para tamu undangan satu persatu. Wanita itu bahkan sempat dibuat kaget saat tahu Ivander Azura juga ada di sana.

“Ja – jadi benar dia?” 

“Ada apa?” tanya Kalevi samar-samar mendengar keterkejutan Soa.

Lihat selengkapnya