Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #141

Petaka | 141

Sedan hitam dengan kaca gelap itu tiba-tiba saja menyalip tajam mobil Edzard.

Langsung saja Edzard menarik pedal remnya. Kalau-kalau ia tidak sigap melakukan hal itu tentu saja mobilnya sudah menubruk sedan itu dari belakang.

“Sial! Apa dia gila!” umpat Edzard.

Gensi yang tak suka Edzard terbawa emosi berusaha menenangkan suaminya. Walau ia sendiri juga sebetulnya tidak terima diperlakukan begitu.

“Kendalikan dirimu. Mungkin dia memang sedang terburu-buru.”

Anehnya sedan itu malah memperlambat jalannya di depan mobil Edzard. Pria itu lalu mencoba memberi beberapa kali klakson agar sang pengemudi di depan menambah kecepatannya. Akan tetapi sedan itu sama sekali tak peduli dan tetap memperlambat lajunya.

Akhirnya Edzard mencoba menyalakan lampu sein kanan, mencoba untuk menyalip kembali mobil sedan di depannya. Namun sedan itu justru malah sengaja menghalang-halangi sehingga membuat Edzard tak kuasa untuk menyalip. Padahal jalanan itu terdiri dari dua arah dan sudah sepi. Tentu akan membuat Edzard leluasa mendahului dan mobil di depannya tidak memiliki alasan sulit untuk membuka jalan.

‘TIIIIIIINNNNNNNNNNNN’ – suara klakson dari mobil Edzard begitu nyaring terdengar.

“Sepertinya dia sedang mencari gara-gara denganku!” kesal Edzard. Sementara Gensi, batinnya semakin tak merasa nyaman.

Edzard terus berusaha melampaui dan membunyikan klakson lagi berkali-kali. Laju mobilnya sudah tak lagi tenang selaras dengan isi hatinya yang diliput amarah. 

“Apa dia tuli!” hardik Edzard.

Terus-terusan Edzard membunyikan klakson mobilnya. Dipastikan sangat terdengar jelas tentu, bagi pengendara sedan hitam itu kalau mobil di belakangnya meminta sungguh-sungguh untuk diberi jalan. 

“Akan kuhajar dia jika tak juga memberi jalan!” 

‘TIIIIIIIINNNNNNNNNN’

Hingga pada akhirnya mobil sedan itu pun terlihat menyerah. Sang sopir mau menyingkir dan membuka jalan.

Edzard langsung bergerak cepat. Ia menerobos tak menyia-nyiakan kesempatannya. Sempat ia melirik siapa sopir di balik sedan hitam itu, sayang kaca itu sama sekali tak bisa ditembus pandang.

“Dasar gila!” umpat Edzard lagi sambil menekan gasnya ingin segera menjauh dari sedan hitam itu. 

“Dia betul-betul aneh!” tambah Gensi. “Kurasa pengemudinya sedang mabuk!”

Edzard mengintip lewat spion tengahnya. “Syukurlah mereka sudah tak terlihat lagi di belakang. Awas saja kalau mereka mengganggu kita lagi, aku tidak akan segan-segan menabraknya! Kalau saja aku punya senjata api, sudah kulumpuhkan dia sejak tadi!”

‘CIIIIIIIIITTTTTTT..........!!!’

Suara gesekan ban itu terdengar kuat. Edzard sama sekali tak menduga ia harus menginjak remnya dalam-dalam setelah melihat sedan hitam itu kembali muncul dan menghalangi mobilnya tepat di sebuah tikungan.

Lihat selengkapnya