Soa menggeleng memohon. “Aku mohon jangan membenciku, Arandra. Aku –“
“KAU TIDAK AKAN BISA MENJADI ORANG LAIN, SOA! KARNA HATI KEJI SANCHO TETAP ADA PADA DIRIMU!
“KAU AKAN MENJADI SOSOK YANG SAMA KEJAMNYA SEPERTI DULU!
“KAU TIDAK AKAN MENDAPATKAN CINTA DAN KAU BAHKAN TIDAK AKAN MAMPU MENCINTAI!
“JADI JANGAN COBA-COBA MENJADI ORANG LAIN APA LAGI MENJADI GADIS YANG SANGAT KUSAYANGI!
“LUPAKAN! LUPAKAN SAJA PERASAANMU PADAKU! ITU HANYA SIA-SIA KARENA YANG ADA PADAKU SEKARANG PUN HANYALAH KEBENCIAN KEPADAMU!”
Kata-kata menyakitkan Arandra sungguh telah berhasil mengoyak rasa cinta Soa kepadanya. Wanita itu menangis tersedu-sedu merasa sakit di hati yang tidak pernah ia mampu bayangkan sebelumnya.
“Tidak perlu kau pamerkan air matamu, Soa! Karena aku sama sekali tidak peduli.”
Sudah tak ada ampunan yang dapat Arandra berikan kepada Soa. Hatinya juga merasa pedih atas kebohongan wanita yang sedang menangis di depannya.
Semula Arandra berpikir, jika saja kebohongan itu bukan tentang jati diri Soa sebagai Sancho Jorell, tentu hubungan mereka tidak akan seburuk ini. Ia bisa saja menerima jika Soa bukanlah Molek, tetapi ia tidak bisa menerima kalau Soa adalah Sancho Jorell. Identitas masa lalu Soa begitu berpengaruh besar dalam lubang hatinya.
Arandra tak sanggup jika harus membuang Sancho dari diri wanita itu. Lalu menganggapnya sebagai Molek hanya karena mereka memiliki paras yang sama.
Dendam tetap saja akan berkobar.
“Kalau kau tidak bisa mengampuniku sebagai Sancho, tak bisakah kau menerimaku sebagai Soa Mannaf?!”
Arandra terkejut mendengar pertanyaan tegas Soa. Terlintas di benaknya kembali, bagaimana ia dan Soa bersama-sama selama ini. Soa memang bukan Molek – tetapi pribadinya Arandra akui tetaplah menarik untuk di dekati. Mereka bahkan bisa menghabiskan waktu bercengkerama bersama.