Semalaman Soa tidak bisa tidur. Makanan yang diberikan oleh pelayan Kalevi juga hanya sedikit yang bisa ia telan. Sesekali ia merebahkan diri, sesekali ia mondar-mandir di kamarnya, dan adakalanya ia hanya berdiri diam di tepi dinding kaca mengamati suasana luar yang keindahan hanya diterangi oleh lampu malam.
Sampai matahari tersenyum menampakkan diri, Kalevi mengetuk pintu kamar Soa. Wajah kuyu wanita di depannya cukup menarik perhatian Kalevi. Ia juga sempat melihat sisa makanan di atas meja kamar yang masih terlihat banyak. Itu membuatnya yakin kalau Soa tidak tidur dan hanya makan sedikit.
Lantas Kalevi pun mengajak Soa ke tepi kolam renang untuk duduk di meja bundar menikmati sarapan. Semula Soa menolak ajakannya, namun Kalevi segera menaikkan ajakannya menjadi sebuah paksaan karena tidak ingin Soa jatuh sakit.
Soa pun akhirnya menyetujui. Tanpa ragu Kalevi langsung menggandeng tangan Soa. Berjalan ke area indah belakang rumah, lalu sambil tersenyum mempersilakan Soa duduk untuk menikmati sarapan paginya.
Soa yang sedang merasa kalut di hatinya merasa senang diperlakukan baik oleh Kalevi begitu. Ada sisi lembut Kalevi yang lagi-lagi Soa dapatkan di balik pembawaan luar dirinya yang terkesan dingin.
“Apa rumah ini nyaman untukmu?” mula Kalevi kepada Soa.
Soa mengangguk pelan. “Ya. Ini jauh lebih baik dari rumah megah keluargamu di Melvin.”
“Kalau begitu tinggal saja di sini terus.”
Soa pun hanya tersenyum membalas perkataan pria itu.
Begitulah mereka. Beberapa kali membahas hal-hal ringan di awal sarapan bersama. Hingga akhirnya sebuah pertanyaan yang lebih serius pun muncul di tengah sarapan mereka.
“Apa pemberitaan soal kematian Gensi dan Edzard sudah mereda?” ucap Soa mengentakkan batin Kalevi.
Sebetulnya Kalevi merasa sulit untuk menjawab, terlebih dengan kondisi psikis Soa yang sekarang. Akan tetapi menutupi kebenaran hanya akan menjadi sia-sia. Soa bisa kapan pun terkejut karena pada akhirnya ia tahu berita apa yang sedang beredar di luar sana.
“Belum,” jawab Kalevi membuang keraguannya. “Bahkan berita yang beredar sudah mengarah pada spekulasi.”
“Apa dugaan yang paling buruk yang mereka buat?”
Kalevi menghela nafasnya dalam-dalam. “Pembunuhan itu karena kakakmu tidak membayarkan hutangnya.”
“Kenapa mereka bisa berpikir begitu?!” rasa amarah mulai mempengaruhi nada suara Soa.
“Ini terjadi akibat – mereka tahu kalau keluargamu pernah terlibat hutang yang sangat besar. Bahkan berita menyebutkan kalau orangtuamu sampai rela menjual adikmu untuk melunasinya. Aku yakin ada pihak tertentu yang membocorkan masa lalu keluargamu.”
“Tapi siapa?!”
“Aku curiga kalau orang suruhan Molly yang membocorkannya, agar pembunuhan ini terkesan memiliki alasan yang bisa diterima nalar masyarakat.”
“Wanita jahat!” Seketika mata Soa mulai berkaca-kaca, tapi ia berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah. Walau ia tahu air matanya punya alasan untuk terjatuh akibat ulah Molly dan gunjingan orang-orang di luar sana.
“Tetapi aku merasa janggal, Soa.”
“Janggal?!”
“Ya. Pemberitaan ini terlalu buruk untuk keluargamu yang padahal masih setia di Grazian. Jika berita miring ini ulah kakakku, harusnya dia bisa membuat cerita kematian yang lebih halus."