Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #146

Balasan Molly | 146

Dua hari setelahnya. Molly lagi-lagi dibuat marah oleh perbuatan Soa. Itu karena Marvel telah datang membawa berita buruk kepadanya, yang mengatakan bahwa Soa telah mengajukan gugatan cerai kepada Kalevi.

Amarah wanita paruh baya itu meledak. Ia tak terima dengan pemberontakan yang Soa lakukan. Tak terbayang olehnya jika wanita itu mencoba lari dari ikatan Keluarga Jorell. Molly bertekad tidak akan membiarkannya, Sancho Jorell tidak boleh hilang lagi, dan ia juga tidak ingin mengecewakan Raja Osbert yang sudah sangat mempercayakan urusan penyerahan diri Soa kepadanya.

“Kau paham dengan maksudku?” Molly meyakinkan lagi kepada Marvel tentang sebuah tugas yang ia berikan kepada orang kepercayaan Kalevi itu.

“Saya paham, Nyonya.”

“Bagus! Lakukan dengan rapi. Dan tetap jaga kepercayaan Kalevi kepadamu.”

“Baik Nyonya. Saya permisi.”

Molly kembali berdiri diam di tepi jendela. Api yang menyala masih berkobar besar di hatinya. Ia yakin, bahwa tidak lama lagi Soa akan bertekuk lutut, menyerahkan diri dengan air mata karena tidak rela kehilangan sesuatu yang dicintainya.

“Kau sudah sangat menantangku, Soa. Jadi aku terpaksa harus lebih keras padamu, Sayang.

“Tetapi percayalah – rasa sakit ini akan indah pada akhirnya.” Bibir wanita itu pun tersungging sinis. Sorot matanya seolah menunjukkan ada singa yang telah terbangun dari tidurnya. Lalu perlahan tetapi pasti, senyum mematikan itu berubah menjadi tawa puas yang memenuhi seisi ruangan.

***

Di sisi lain, Felix masih terlihat murung di kamarnya. Seharusnya hari itu adalah hari kepindahan ia dan keluarganya ke sebuah rumah megah yang sudah dibeli. Namun karena anak dan menantunya baru saja mengalami hal buruk, maka Felix enggan mengurus kepindahannya saat ini.

Sang istri yang beberapa kali melihat Felix melamun mulai cemas dengan kondisi suaminya. Ia khawatir Felix sakit karena beberapa kali ia menawarkan makan namun Felix selalu menolak.

Karen tahu kalau suaminya sangat kehilangan Gensi, anak yang paling bisa diandalkan. Apa lagi pemberitaan media memang sedang terkesan menyudutkan keluarga mereka. Namun Karen juga merasa bingung, ia tak tahu harus bagaimana membantu meringankan persoalan ini. Selama ini ia lebih banyak menjadi pengikut keputusan suami. Ia tidak tahu banyak informasi, dan suaminya juga pasti menolak jika Karen terlalu detail menanyakan persoalannya.

“Aku sudah meminta bantuan pihak keamanan kompleks untuk membantu mengusir wartawan,” ucap Karen pada Felix di kamar mereka. “Jadi kau tidak perlu cemas lagi. Aku juga meminta beberapa orang untuk berjaga di depan rumah.”

Felix mengangguk lembut. “Terima kasih,” balasnya. Tanpa sedikit pun ingin berbalik dan tetap terduduk di tepi ranjang menghadap jendela.

“Dan aku akan menemani Ken dulu. Dia masih tidak nyaman jika terlalu lama ditinggal sendiri. Jika kau membutuhkan bantuan, panggil saja aku.”

Lagi-lagi Felix mengangguk dengan kata pendeknya, “Ya.”

Setelah Karen pergi, Felix lagi-lagi tenggelam dalam lamunan. Tatapannya nanar. Lalu sejenak kemudian ia lihat kembali foto keluarga di handphone-nya yang sebelumnya sudah ia pandangi. Foto di mana mereka berenam pernah menikmati makan malam bersama. Makan malam yang penuh dengan kehangatan sebelum kemewahan yang membawa masalah dimulai.

Lihat selengkapnya