Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #148

Lelap | 148

Di tengah kegelapan dalam ruang senyap itu.

Terlihat seorang perempuan sedang terduduk dengan kepala bersandar pada kedua lutut. Rambutnya yang terurai turut menutupi sisi wajahnya. Ia terisak seorang diri, suara kesedihan itu tersebar memecah hening.

Entah sudah berapa lama ia menangis di sana. Tak ada seorang pun yang datang menghiburnya.

“Aku ingin tetap di sini. Sampai kapan pun aku ingin tetap di sini. Di luar sana berbahaya. Iya – di luar sana berbahaya.”

Hanya itulah kata-kata yang terdengar di tengah tangisnya.

 ***

Pagi telah datang menggantikan malam. Kalevi tersentak tiba-tiba dari tidurnya. Ia sempat bingung kenapa ia bisa tertidur hanya bersandar di tepi tempat tidur begitu. Namun ingatannya secepat kilat kembali saat ia melihat Soa yang terbaring lelap di atas tempat tidurnya.

Soa sungguh-sungguh terbebani oleh pikirannya sendiri, dan hal itu pun mempengaruhi kesehatan tubuhnya. Tadi malam ia mengalami demam tinggi, dan bahkan sampai meracau memancing kecemasan Kalevi. Akhirnya Kalevi dengan penuh kesabaran merawat Soa, dan rela mengorbankan waktu tidur nyenyaknya untuk menemani wanita itu.

“Soa, apa kau sudah merasa baikkan?” ucap Kalevi setelah buru-buru bangkit dari duduknya di lantai.

Soa sama sekali tak menjawab. Pria itu lantas mengangkat kompres di dahi Soa lalu meletakkan punggung tangannya di tempat yang sama untuk memeriksa suhu tubuh wanita itu.

“Syukurlah, demamnya sudah turun.”

Kalevi berpikir Soa masih ingin tertidur di pagi itu. Lantas ia pun membiarkan Soa terlebih dahulu, lalu menghubungi pelayan lewat telepon dengan nomor khusus yang tersedia di kamar untuk mengantarkan sarapan kepada mereka. Kemudian ia menghubungi Mona untuk segera datang, dan Setelahnya Kalevi pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sekaligus mengganti pakaiannya.

Selang beberapa waktu Kalevi keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang baru. Ia kembali menengok keadaan Soa, namun ternyata Soa masih saja tertidur. Pria itu merasa perlu membangunkannya karena matahari semakin naik dan Soa butuh mengisi perutnya.

“Soa – bangunlah! Makanlah dulu, kau tidak boleh terus-terusan tidur dan membiarkan perutmu kosong.”

Namun Soa tak merespons sama sekali. Semula Kalevi berpikir itu normal. Nyatanya banyak orang yang memang sulit dibangunkan saat ia tidur sanggat lelap.

Mona datang beberapa saat setelah Kalevi menghabiskan sarapannya. Sebetulnya pria itu masih sangat ingin menjaga Soa, namun pertemuan bisnis yang sudah sempat ia batalkan kali ini tidak bisa ditunda lagi, atau jika dibatalkan lagi maka segalanya bisa menjadi kacau.

“Aku titip dia padamu. Hubungi aku segera jika dia sudah bangun.” Begitulah pesan Kalevi pada Mona yang diikuti anggukan patuh dari gadis itu.

Sepanjang pelaksanaan kerja fokus Kalevi sungguh terbagi. Rasanya ia ingin sekali cepat pulang ke rumah dan melihat keadaan Soa. Sayangnya hal itu tak bisa ia lakukan karena ia masih harus terjepit di tengah pekerjaan.

Lihat selengkapnya