Petaka Grazian

Yulian Juli
Chapter #152

Kebahagiaan Sejati | 152

“Kita sudah sampai Tuan.” Daniel tiba-tiba saja berkata sehingga mampu menghentikan pikiran masa lampau Kalevi. “Saya sudah menanyakan pada seorang warga tadi, hanya sampai di sini mobil boleh masuk. Jadi untuk menuju pohon Cayo, Tuan masih harus berjalan sekitar dua kilometer lagi.”

Kalevi sebetulnya cukup terkejut karena masih harus berjalan kaki sejauh itu. Akan tetapi ia ingat pesan Laurent, bahwa ia harus menikmati perjalanan ini tanpa boleh mengeluh.

“Baiklah, Daniel.”

“Atau Tuan mau saya temani?”

“Tidak perlu. Menurutku lebih baik kau tetap di sini.”

Kalevi lantas turun dari mobilnya. Ada dua orang pria ia lihat berjaga di sana, dan Kalevi pun segera mendekati mereka untuk bertanya rute mana yang harus ia pilih saat berjalan kaki. Setelah Kalevi cukup memahami arah yang mereka berikan. Ia lalu melakukan perjalanan menelusuri arah memasuki hutan yang mereka tunjukkan kepadanya.

Jalan di hutan menuju pohon Cayo sudah cukup tertata. Sehingga pengunjung yang datang hanya tinggal mengikuti jalan yang sudah di sediakan berikut panah petunjuk arahnya. Tak perlu susah-susah menyediakan senter, karena lampu-lampu penerangan sudah cukup memadai. 

***

*Satu jam setelah Kalevi meninggalkan rumah sakit.

‘BRAKKK’ – pintu kamar inap Soa dibuka dengan kasar.

“DIMANA KALEVI?!!”

Seketika Mona bangkit dari sofa. Gadis itu langsung terlihat ketakutan mendapati Molly yang tiba-tiba datang dengan amarah. Ia lalu maju beberapa langkah menyambut kakak dari pimpinannya itu.

Molly menatap tajam Mona. Lantas turut menghampiri gadis itu dengan raut mukanya yang bengis. “JAWAB AKU!!!” bentaknya tepat di depan mata sang gadis.

“Tu – Tuan, sedang ke luar kota, Nyonya,” kata Mona gelagapan.

Molly membuang nafas kesal. “Bisa-bisanya dia pergi begitu saja setelah mengacaukan rencanaku!”

Mona tak membalas apa pun. Ia hanya menunduk jauh dari keberanian enggan melihat wajah Molly.

“Aku tahu kalau kau yang telah membantunya mengatur konferensi pers itu!” Molly kini menjadikan Mona sebagai sasaran. Terus saja gadis itu tetap tertunduk. Tubuhnya mulai gemetar akibat tekanan yang diberikan Molly. “Berani benar kau ikut menantangku!”

“Sa – saya hanya menuruti perintah Tuan Kalevi, Nyonya."

“Sungguh jawaban yang tidak memuaskan! Seharusnya aku tidak mempercayai adikku mencari sendiri asisten untuk istrinya!

Lihat selengkapnya